
Penulis: Tim | Editor: Redaksi
FAJARNTT.COM – Dari hiruk pikuk kota Surabaya hingga sunyi pedesaan Manggarai Timur, jejak kemanusiaan itu menembus jarak dan waktu. IJ Jastip Logistik Surabaya membuktikan bahwa kebaikan tak mengenal batas geografis.
Melalui tangan-tangan dermawan yang bekerja dalam diam, secercah harapan dikirimkan untuk Nazaria Tasia Laka, bocah kecil yang harus berjuang melawan hidup tanpa ayah dan ibu di Timur Flores.
Kisah Sunyi dari Pedalaman Manggarai Timur
Di sebuah rumah sederhana berdinding papan tua dan beratap seng berkarat di Kampung Gorong, Desa Rana Gapang, tinggal seorang anak perempuan kecil bernama Tasia.
Di usianya yang baru menginjak sepuluh tahun, ia sudah menanggung kehilangan besar yang tak seharusnya dipikul anak sekecil itu. Ayahnya meninggal dunia ketika ia masih bayi, disusul ibunya yang berpulang saat Tasia berumur tiga tahun.
Sejak saat itu, dunia Tasia hanya berisi dua orang yang tersisa: kakek dan nenek yang kini menua bersama waktu. Di tengah kondisi ekonomi yang serba terbatas, mereka berjuang menghidupi diri dan sang cucu dengan penghasilan seadanya dari hasil kebun kecil di belakang rumah. Kadang, beras di dapur tak cukup untuk seminggu, dan lauk sekadar sayur daun singkong yang direbus tanpa minyak.
Namun, meski hidup dalam kekurangan, semangat belajar Tasia tak pernah padam. Setiap pagi ia berjalan kaki sejauh dua kilometer menuju sekolah, melewati jalan berbatu dan berlumpur. Ia tak punya sepatu baru, tapi punya tekad besar. Ia tahu, hanya dengan belajar ia bisa keluar dari lingkaran kesulitan yang menjerat keluarganya.
Kisah tentang Tasia pertama kali muncul di beberapa media online lokal, dan dalam waktu singkat menyebar luas. Warganet terenyuh membaca kisah bocah kecil yang tinggal bersama dua orang tua renta di pedalaman NTT itu. Salah satu hati yang tergugah adalah Imelda Frima, pemilik usaha IJ Jastip Logistik Surabaya, yang dikenal karena kepeduliannya terhadap sesama.
Cinta yang Menyebrangi Laut Flores
Dari Surabaya, kota besar yang tak pernah tidur, Imelda bersama timnya di IJ Jastip Logistik menyiapkan paket bantuan untuk Tasia dan keluarganya. Tak sekadar bantuan logistik, tapi simbol kasih dari mereka yang percaya bahwa bisnis juga bisa menjadi jalan kemanusiaan.
Dalam waktu singkat, terkumpul sejumlah uang tunai, paket sembako, pakaian layak pakai, serta perlengkapan sekolah baru. Semua dikemas rapi dan dikirim menyeberangi lautan, melintasi gelombang Flores menuju tanah Manggarai Timur. Di balik setiap paket, terselip doa dan harapan agar Tasia tak lagi merasa sendirian di dunia.
Pada Senin (3/10/2025), bantuan tersebut akhirnya tiba di tangan keluarga Tasia. Penyaluran dilakukan oleh Ejhi Serlenso, seorang wartawan lokal yang juga menjadi salah satu penggerak utama kepedulian ini.
Bersama warga sekitar, Ejhi mendatangi rumah Tasia dan menyerahkan langsung bantuan dari IJ Jastip Logistik Surabaya.
“Puji syukur atas bantuan yang diberikan. Semoga apa yang disalurkan hari ini benar-benar bermanfaat bagi keluarga ini, terutama bagi adik Tasia dan kedua neneknya,” ujar Ejhi kepada FajarNTT pada Senin malam (3/11).
“Harapan kami, Tasia bisa tetap bersekolah dan kelak menjadi anak yang sukses. Terima kasih untuk IJ Jastip yang telah peduli,” tambahnya.
Ejhi mengenal Imelda bukan sekadar sebagai pengusaha sukses, melainkan sosok berhati lembut yang selalu membuka tangannya untuk sesama.
“KK Imelda itu orangnya rendah hati. Ia tak pernah mencari panggung. Tapi setiap kali ada kisah seperti ini, ia selalu hadir dengan cara yang penuh kasih,” tambahnya.
Pesan dari Surabaya untuk Manggarai Timur
Dihubungi terpisah oleh redaksi, Imelda Frima, pemilik IJ Jastip Logistik, berbicara dengan nada penuh haru. Ia mengaku, ketika pertama kali membaca kisah Tasia, hatinya langsung terenyuh.
“Anak kecil itu mengajarkan kita tentang keteguhan. Dalam usia sekecil itu, ia sudah kehilangan segalanya, tapi masih punya semangat untuk terus belajar. Saya merasa harus berbuat sesuatu, sekecil apa pun,” ujar Imelda.
Menurutnya, bantuan itu bukan hanya dari dirinya pribadi, tetapi hasil gotong royong seluruh tim IJ Jastip Logistik.
“Kami di IJ Jastip percaya, rezeki yang kita dapat akan lebih berarti jika bisa dibagi. Jadi, ini bukan hanya dari saya, tapi juga dari teman-teman yang menitipkan kasih mereka untuk Tasia,” ungkapnya.
melda berharap bantuan itu menjadi motivasi bagi Tasia untuk terus menatap masa depan.
“Saya hanya ingin dia tahu, bahwa ada banyak orang yang peduli. Bahwa meski hidup keras, ia tidak sendirian,” tuturnya.
Senyum Kecil dari Timur Flores
Bagi Tasia, hari itu menjadi momen yang tak akan pernah ia lupakan. Dengan wajah malu-malu tapi penuh bahagia, ia menerima paket bantuan yang dibawa Ejhi. Di balik tubuh mungilnya, ada semangat besar untuk berubah.
“Saya berterima kasih kepada semua pihak, terutama Ibu Imelda dari IJ Jastip yang sudah membantu kami. Bantuan ini membuat saya lebih semangat lagi untuk belajar demi masa depan,”.ucapnya polos, namun tulus.
Sang nenek yang duduk di sampingnya hanya bisa menangis haru. Air matanya jatuh tanpa kata. Baginya, perhatian dari orang jauh di Surabaya itu adalah anugerah besar di tengah hidup yang kian sulit.
“Kami tidak tahu harus membalas dengan apa, hanya doa agar Tuhan selalu memberkati Ibu Imelda dan semua yang sudah membantu,” tuturnya lirih.
Harapan dari Warga Gorong
Tak hanya keluarga Tasia, warga Kampung Gorong pun turut merasakan hangatnya kepedulian itu. Salah seorang warga mengungkapkan bahwa tindakan seperti yang dilakukan IJ Jastip Logistik patut menjadi teladan bagi banyak pihak.
“Bantuan ini tidak hanya meringankan beban keluarga Tasia, tapi juga membangkitkan semangat gotong royong di kampung ini. Kami jadi teringat bahwa masih banyak orang baik di luar sana,” ujar seorang warga setempat.
Ia juga berharap agar IJ Jastip Logistik terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi dunia usaha lainnya.
“Semoga IJ Jastip makin maju, makin diberkati. Kalau semua pengusaha punya hati seperti ini, dunia akan lebih baik,” katanya penuh harap.
Menjahit Cinta dalam Jejak Kemanusiaan
Perjalanan bantuan dari Surabaya ke pelosok Manggarai Timur bukan sekadar kisah tentang logistik, melainkan perjalanan tentang hati. Tentang bagaimana kesibukan bisnis bisa sejenak berhenti untuk menatap kehidupan orang lain yang sedang berjuang. Tentang bagaimana cinta mampu menyebrangi laut, menembus bukit, dan sampai di rumah reyot seorang anak kecil di ujung Timur Nusa Tenggara.
Dalam setiap paket yang dikirim, ada cinta yang dibungkus doa, dan ada doa yang lahir dari cinta. Kisah ini membuktikan bahwa kemanusiaan masih hidup di antara kita,.bahwa meski dunia makin modern dan sibuk, nurani tetap punya ruang untuk bekerja.
Bagi Tasia, bantuan itu bukan hanya sembako dan perlengkapan sekolah. Itu adalah pesan bahwa masih ada harapan. Bahwa kebaikan, sekecil apa pun, bisa menyalakan cahaya di tengah gelapnya kesulitan hidup.
Dan bagi kita semua, kisah ini menjadi pengingat bahwa setiap langkah kecil dalam kebaikan, entah dari kota atau desa, akan selalu meninggalkan jejak, yakni jejak kemanusiaan yang tak lekang oleh waktu.(*)




