
Penulis: Tim | Editor: Redaksi

FAJARNTT.COM – Dalam reses yang digelar di Desa Bangka Ajang, Kecamatan Rahong Utara, Jumat (22/8/2025), Anggota DPRD Kabupaten Manggarai dari Fraksi Demokrat, Lexy Armanjaya, menyampaikan pandangan kritis sekaligus reflektif tentang arti kemerdekaan bagi masyarakat, khususnya petani.
Menurutnya, kemerdekaan tidak boleh dipahami hanya sebatas upacara atau apel bendera, melainkan harus dirasakan nyata dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
“Apel kemerdekaan penting, tetapi itu hanya salah satu cara merayakan hari besar bangsa. Yang lebih penting adalah bagaimana masyarakat merasakan kemerdekaan dari berbagai kekurangan hidup. Kalau kemarin tidak ada lauk saat makan, lalu hari ini bisa makan lauk setiap hari, itu kemerdekaan yang sesungguhnya,” ujar Lexy, sapaan akrab Ketua Fraksi Demokrat itu.
Lebih jauh, ia menegaskan bahwa ukuran kemerdekaan tidak boleh hanya simbolis, tetapi harus konkret dan terukur dari kemampuan keluarga untuk hidup sejahtera.
“Indikatornya sederhana: keluarga bisa menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi, memiliki pangan sehat dan cukup setiap hari, serta tempat tinggal yang layak,” ungkapnya.

“Kalau masih ada orang tua yang tidak mampu menguliahkan anak, rumah tangga yang belum punya sarjana, atau belum bisa menghasilkan sayuran, kopi, cengkeh, dan horti lainnya secara maksimal, maka kita belum merdeka,” tambahnya.
Lexy kemudian mengaitkan konsep kemerdekaan itu dengan kondisi mayoritas masyarakat Manggarai yang bergantung pada sektor pertanian dan peternakan.
Menurutnya, petani akan benar-benar merdeka jika mereka mampu mengelola pertanian dan peternakan dalam skala besar, sehingga hasilnya bukan sekadar untuk konsumsi sendiri, tetapi juga memberi nilai ekonomi tinggi bagi keluarga.
“Saya berharap petani-petani kita merayakan kemerdekaan karena berhasil memelihara ratusan bahkan ribuan ternak, menanam ribuan pohon kopi, cengkeh, sayuran, lombok, dan buah-buahan. Semuanya dipelihara dengan serius dan dirawat dengan baik. Dari situlah muncul penghasilan besar yang bisa membuat mereka merdeka dalam arti sebenarnya,” katanya.
Ia mengkritisi kondisi di mana banyak petani hanya menanam atau memelihara dalam jumlah terbatas.
Menurut Lexy, hal itu sekadar mempercantik pekarangan rumah, tetapi tidak cukup untuk menopang kehidupan keluarga.
“Kalau masih sebatas itu, petani tidak akan pernah merdeka. Mereka hanya hidup pas-pasan, tidak bisa menyekolahkan anak lebih tinggi, tidak bisa menikmati makanan sehat, apalagi membangun rumah yang layak,” bebernya.
Dalam kesempatan itu, Lexy juga menyoroti peran pemerintah, khususnya Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai.
Ia menilai dinas ini memegang peranan penting untuk menciptakan sistem pertanian yang maju dan menjadikan profesi petani sebagai kebanggaan.
“Dinas pertanian harus serius bekerja untuk menjadikan pertanian primadona. Jangan biarkan petani berjalan sendiri. Petani harus merasa didampingi, harus merasa ada pemerintah di samping mereka. Kalau semua kebutuhan petani bisa terpenuhi, itu namanya pemerintah benar-benar hadir,” tandas wakil rakyat dari Dapil Ruteng-Lelak-Rahong Utara itu.
Menutup pernyataannya, Lexy menegaskan bahwa mewujudkan petani yang merdeka bukanlah sesuatu yang mustahil.
Ia meyakini, jika semua pihak mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga para pemangku kepentingan benar-benar bersatu dengan hati dan pikiran yang tulus, cita-cita itu bisa dicapai.
“Tidak ada yang mustahil. Semua bisa dilakukan asal dilakukan dengan serius dan penuh tanggung jawab. Kalau pikiran, hati, dan energi kita diarahkan ke sana, maka petani Manggarai pasti akan merdeka dari kondisi mereka hari ini,” tutupnya.(*)