
FAJARNTT.COM – Sebuah penelitian baru-baru ini mengungkap bagaimana isolasi, stres, dan ketidakpastian memengaruhi kesehatan otak selama krisis kesehatan yang dialami sejak akhir tahun 2019 dan terutama pada awal dan selama tahun 2020.
Pandemi COVID-19 memiliki dampak yang lebih dari sekadar penyakit fisik, karena menurut penelitian Universitas Nottingham, otak manusia menua lebih cepat selama pandemi, bahkan di antara orang-orang yang tidak pernah tertular virus tersebut.
Dengan menggunakan kecerdasan buatan dan data dari UK Biobank, para ilmuwan menganalisis gambar otak lebih dari 15.000 orang dewasa dan menemukan bahwa rata-rata otak menua lebih cepat selama tahun-tahun pandemi dibandingkan dengan periode pra-pandemi.
Bagaimana Covid Mempengaruhi Otak?
Studi tersebut menemukan bahwa percepatan penuaan otak tidak terbatas pada mereka yang sakit COVID-19.

Hal ini disebabkan oleh faktor sosial, emosional, dan ekonomi yang menandai pandemi, seperti isolasi, ketidakpastian, kesedihan, kehilangan pekerjaan, yang juga meninggalkan jejak pada struktur otak.
“Pengalaman pandemi melampaui infeksi, secara signifikan mempengaruhi kesehatan otak,” kata ahli saraf Ali-Reza Mohammadi-Nejad, penulis utama studi tersebut, melansir Marca, pada Senin, 28 Juli 2025.
Selain itu, mereka menambahkan bahwa perubahan tersebut paling terlihat pada orang lanjut usia, laki-laki, dan kelompok yang kurang beruntung secara sosial ekonomi.
Temuan sebelumnya telah memperingatkan tentang dampak kurungan pada remaja, terutama anak perempuan yang otaknya menunjukkan penipisan kortikal, suatu perubahan yang terkait dengan pengalaman traumatis seperti pengabaian atau kekerasan dalam rumah tangga.
Apakah Perubahan Pada Otak Ini Dapat Dikembalikan Seperti Semula?
Meskipun hasilnya mengkhawatirkan, para ahli menunjukkan bahwa penelitian tersebut hanya mengamati dua titik waktu, jadi ada kemungkinan ada pemulihan neurologis di tahun-tahun berikutnya.
“Kabar baiknya adalah perubahan ini mungkin tidak permanen,” komentar ahli saraf Dorothee Auer, yang juga berpartisipasi dalam penelitian tersebut.
Selain itu, perlu dicatat bahwa penurunan kognitif hanya diamati pada orang yang terinfeksi SARS-CoV-2, tidak pada mereka yang hanya mengalami stres akibat pandemi.
Studi ini menyoroti bagaimana kesehatan otak dipengaruhi tidak hanya oleh penyakit, tetapi juga oleh lingkungan sehari-hari, terutama dalam konteks krisis global.
Penelitian ini memberikan petunjuk baru tentang dampak peristiwa traumatis besar pada sistem saraf pusat dan meningkatkan kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut tentang bagaimana pengalaman seperti pandemi mempengaruhi otak untuk rentan waktu jangka panjang dan kesejahteraan emosional manusia.(*)

CATATAN REDAKSI: apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada redaksi kami EMAIL.
Sebagaimana diatur dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.