
Penulis: Nurjana | Editor: Redaksi
LABUAN BAJO, FAJARNTT.COM – Peringatan Hari Guru Nasional di SMA Negeri 1 Komodo pada Selasa, 25 Agustus 2025 menjadi ruang refleksi mendalam bagi para pendidik yang setiap hari bergulat dengan tantangan perubahan zaman. Tidak hanya menjadi momentum penghormatan bagi para guru, peringatan ini juga mengangkat beragam pengalaman, tantangan, serta komitmen baru dalam dunia pendidikan yang terus bergerak cepat mengikuti perkembangan teknologi. Dua pendidik, Muhammad Albar dan Yeni, menyuarakan pandangan mereka mengenai dinamika pendidikan masa kini dan masa depan.
Bagi Muhammad Albar, Hari Guru Nasional bukan sekadar perayaan simbolik, tetapi apresiasi negara terhadap peran penting para pendidik.
Menurutnya, pengakuan dari pemerintah ini menjadi penyemangat sekaligus pengingat bahwa profesi guru masih menjadi fondasi utama dalam pembangunan karakter bangsa.
“Peringatan Hari Guru menjadi apresiasi dari pemerintah terhadap kontribusi guru yang luar biasa,” ungkapnya.
Ibu Yeni menambahkan bahwa Hari Guru bukan hanya tentang para pendidik, melainkan juga tentang hubungan saling menguatkan antara guru dan siswa.
“Hari Guru menjadi harinya bagi para murid juga. Karena ada guru maka ada murid, begitu pun sebaliknya,” ujarnya.
Pandangan ini menegaskan bahwa pendidikan adalah proses kolaboratif yang tidak dapat berjalan satu arah. Guru dan siswa saling membentuk dan saling menguatkan dalam perjalanan pembelajaran.
Tantangan Era Digital: Guru Majelis Utama dalam Dinamika Zaman
Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan. Tidak hanya dalam cara belajar, tetapi juga dalam karakter dan perilaku generasi muda.
Muhammad Albar menyoroti bahwa karakter siswa saat ini jauh berbeda dibanding generasi sebelumnya yang lebih kritis, lebih cepat bosan, dan sangat terhubung dengan dunia digital.
“Sekarang dengan era digital dan kemajuan teknologi yang luar biasa, karakter murid jauh berbeda. Ketika menghadapi murid, kita harus masuk ke dunia mereka untuk menghindari gesekan,” jelasnya.
Menurutnya, guru tidak lagi bisa mengajar dengan pola lama
Ia menerangkan bahwa guru harus mampu beradaptasi, memahami bahasa dan kultur digital, serta menggunakan pendekatan yang relevan dengan dunia siswa.
“Perubahan karakter ini sekaligus menjadi tantangan untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan belajar dan distraksi teknologi,” ucapnya.
Sejalan dengan itu, Ibu Yeni menekankan pentingnya pendekatan personal sebagai kunci keberhasilan dalam mendidik generasi digital.
“Perbedaan zaman dan perkembangan teknologi menuntut kita untuk mendekat. Kalau siswa tidak bisa dekat, kita yang mendekat. Kalau mereka menjauh, kita kejar,” tegasnya.
Upaya mendekat dan membangun kedekatan emosional bukan sekadar strategi belajar, tetapi menjadi jembatan penting agar siswa merasa dihargai dan dipahami. Dalam kondisi generasi sekarang yang cenderung tertutup dan lebih nyaman dengan dunia maya, kehadiran guru yang humanis sangat dibutuhkan.
Kesan Mengajar: Dua Dekade Pengabdian dan Cerita Penerimaan
Selama lebih dari 20 tahun mengabdi, Muhammad Albar mengaku bahwa momen paling membahagiakan baginya adalah ketika siswa dapat memahami pelajaran. Baginya, pemahaman siswa adalah bentuk nyata dari keberhasilan seorang guru.
“Momen yang menggembirakan adalah ketika mengajar dan murid mampu memahami materi. Saya juga bangga pernah mengantar siswa hingga tingkat nasional dalam lomba Asa Terampil Koperasi,” tuturnya.
Pengalaman panjang ini menjadi bukti dedikasi yang tidak hanya bersifat akademik, tetapi juga emosional. Albar telah menyaksikan perubahan zaman, perubahan karakter murid, hingga perubahan sistem pendidikan, namun spirit pengabdiannya tidak pernah goyah.
Berbeda dengan Albar yang sudah lama mengabdi, Yeni yang mulai mengajar sejak tahun 2014, mengaku sangat bersyukur karena diterima dengan baik oleh lingkungan sekolah.
“Yang menyenangkan adalah saya diterima dengan baik oleh Bapak Ibu guru, terutama para murid. Saya bisa membimbing siswa tidak hanya dalam bidang pengetahuan, tetapi juga keterampilan seni,” ujarnya.
Menurutnya, penerimaan ini menjadi modal penting dalam menjalani perjalanan sebagai pendidik.
Selain mengajar materi pelajaran, ia juga aktif mengembangkan minat dan bakat siswa, khususnya dalam bidang seni.
Harapan dan Komitmen: Integritas, Komunikasi, dan Totalitas
Dalam menjalankan tugas sebagai pendidik, integritas menjadi nilai utama yang dijunjung tinggi oleh Muhammad Albar.
Ia menilai bahwa seorang guru harus memberikan yang terbaik bagi siswanya, baik secara lahir maupun batin.
“Yang paling penting adalah integritas sebagai guru dalam membimbing anak-anak. Totalitas lahir dan batin, pikiran dan fisik harus kita utamakan untuk murid,” tegasnya.
Integritas ini, menurutnya, adalah fondasi agar siswa tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki moral dan karakter yang kuat.
“Guru bukan hanya mentransfer ilmu, tetapi juga membentuk watak dan kepribadian generasi muda,” tegasnya.
Sementara itu, Yeni menyoroti pentingnya komunikasi sebagai prinsip utama dalam menjalankan tugas seorang pendidik.
Baginya, komunikasi yang baik antara guru dan siswa, serta antara guru dan keluarga, menjadi penopang terciptanya lingkungan belajar yang harmonis.
“Prinsip saya adalah komunikasi dan totalitas sebagai pendidik. Kita harus membagi waktu dengan baik, selain untuk keluarga, juga untuk anak-anak di sekolah,” ujarnya.
Yeni percaya bahwa komunikasi yang terbuka dapat mencegah berbagai kesalahpahaman, sekaligus membangun kepercayaan yang lebih kuat antara siswa dan guru.
Hari Guru sebagai Momentum Perubahan dan Penguatan Komitmen
Peringatan Hari Guru Nasional di SMA Negeri 1 Komodo tahun ini menjadi pengingat bahwa profesi guru tidak pernah berhenti menghadapi tantangan baru. Dari perubahan karakter siswa hingga perkembangan teknologi, guru dituntut untuk terus belajar, beradaptasi, dan memberikan yang terbaik bagi generasi masa depan.
Meski tantangan semakin kompleks, semangat dan komitmen para pendidik seperti Muhammad Albar dan Yeni menunjukkan bahwa dunia pendidikan tetap berada di tangan yang tepat, di tangan para guru yang tidak hanya mengajar, tetapi juga menginspirasi dan menumbuhkan nilai-nilai kehidupan.
Guru bukan hanya seremoni, tetapi panggilan bagi setiap pendidik untuk terus menyalakan cahaya pengabdian. Dengan integritas, totalitas, dan pendekatan humanis, guru tetap menjadi pilar utama yang menjaga kualitas masa depan bangsa.(*)




