
Penulis: Tim | Editor: Redaksi
RUTENG, FAJARNTT.COM– Pemerintah Kabupaten Manggarai menapaki babak baru dalam pembangunan sektor pertanian melalui program pengembangan kawasan strategis Wae Naong di Kecamatan Cibal.
Kawasan ini digadang-gadang menjadi titik tolak transformasi pertanian lokal yang inklusif, berkelanjutan, dan adaptif terhadap perubahan iklim.
Langkah ini merupakan implementasi konkret dari visi Pemkab Manggarai dalam menjadikan sektor pertanian sebagai tulang punggung ekonomi lokal, yang tak hanya meningkatkan produksi, tapi juga memperkuat daya tahan sosial dan ekologis masyarakat desa.
“Wae Naong selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Karena itu, kita dorong sebagai kawasan strategis pertanian terpadu yang bisa mendorong pemerataan pembangunan dan kemandirian ekonomi masyarakat,” ungkap Kepala Dinas Pertanian Ferdinandus Ampur, Senin (14/7).
Kawasan Strategis Baru untuk 8 Desa
Pengembangan kawasan ini mencakup delapan desa, yakni Lando, Barang, Pinggang, Rado, Beamese, Ladur, Perak, dan Langkas. Di wilayah ini, Pemkab akan membangun jalan tani baru, memperbaiki jalan eksisting, serta membangun empat unit irigasi pertanian di Bea Mese, Riung, Pinggang, dan Rado.
Infrastruktur dasar ini dirancang untuk mengatasi hambatan klasik yang dihadapi petani, seperti sulitnya akses dari kebun ke pasar dan minimnya sistem pengairan.
“Kami ingin petani tidak lagi terbebani oleh akses jalan rusak atau kekeringan di musim tanam. Infrastruktur ini adalah fondasi utama pertanian berkelanjutan,” jelas Ferdinandus.
Kolaborasi TNI-Desa: Akselerasi dan Pemberdayaan
Pembangunan infrastruktur pertanian di Wae Naong akan melibatkan kolaborasi lintas sektor, salah satunya dengan TNI melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD).
Menurut Ferdinandus, sinergi ini tidak hanya mempercepat pelaksanaan program, tapi juga memperkuat rasa memiliki masyarakat terhadap pembangunan desa.
“Ini bukan hanya proyek fisik. Ada nilai gotong royong, disiplin, dan sinergi antar lembaga yang menjadi pondasi utama pembangunan desa yang berdaya dan tangguh,” tegasnya.
Pisang dan Kakao: Komoditas Strategis Masa Depan
Tak hanya fokus pada infrastruktur, Pemkab Manggarai juga menetapkan dua komoditas unggulan untuk dikembangkan di Wae Naong, yakni pisang dan kakao.
Keduanya dipilih karena memiliki nilai ekonomi tinggi, cocok dengan iklim lokal, serta sudah dikenal luas oleh petani.
“Potensinya sangat besar. Tinggal kita benahi dari sisi kualitas bibit, pelatihan petani, dan pemasaran hasil. Kita ingin petani tak sekadar menanam, tapi benar-benar merasakan nilai tambahnya,” ujar Ferdinandus.
Target Oktober 2025: Harapan untuk Ketahanan Pangan
Program pembangunan ini ditargetkan rampung pada Oktober 2025, dengan pekerjaan lapangan dimulai pada awal Agustus. Pemkab optimis, dampaknya akan dirasakan langsung oleh masyarakat, terutama dalam memperkuat ketahanan pangan dan memperluas lapangan kerja di sektor produktif.
Lebih jauh, Wae Naong diproyeksikan menjadi model kawasan pertanian terpadu yang bisa direplikasi di wilayah lain di Manggarai.
Ferdinandus menegaskan, kunci keberhasilan program ini terletak pada partisipasi aktif masyarakat, terutama para petani, kelompok tani, tokoh masyarakat, dan perangkat desa.
“Ini bukan hanya program pemerintah, tapi milik bersama. Kalau kita serius dari hulu ke hilir, maka pertanian Manggarai akan menjadi kekuatan ekonomi yang tangguh di tengah krisis iklim dan tantangan global,” pungkasnya.(*)





