close menu

Masuk


Tutup x

Teknologi Kawin Suntik Diterapkan di Manggarai, Peternak Dapat Nikmati Efisiensi dan Produktivitas

Penulis: | Editor: Redaksi

RUTENG, FAJARNTT.COM – Pemerintah Kabupaten Manggarai melalui Dinas Peternakan terus mendorong modernisasi sektor peternakan lokal dengan menghadirkan teknologi inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik untuk ternak babi, yang dikenal dengan nama “Wintuk”.

Program inovatif ini mulai diterapkan sejak tahun 2022 dan terus berkembang hingga 2025, menjangkau berbagai wilayah di Kabupaten Manggarai dan memberi dampak langsung pada efisiensi biaya dan peningkatan produktivitas bagi peternak babi.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai, Drh. Yustina Hangung Lajar, menjelaskan bahwa inovasi Wintuk merupakan respon terhadap sejumlah persoalan mendasar dalam pola pemeliharaan ternak babi yang masih tradisional.

“Di lapangan, kami temukan banyak kendala seperti terbatasnya pejantan unggul, biaya pemeliharaan pejantan yang tinggi, hingga masih maraknya perkawinan sedarah (inbreeding),” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya.

Selain itu, lanjutnya, praktik kawin alam juga berisiko tinggi dalam penularan penyakit, termasuk African Swine Fever (ASF) yang menjadi ancaman serius bagi peternakan babi di berbagai daerah. Oleh karena itu, pendekatan teknologi menjadi sangat penting.

Kedai Momica

Program Wintuk diuji coba sejak 2022 dan dilanjutkan penerapannya secara bertahap pada tahun 2023. Hasilnya cukup menggembirakan. Peternak mulai memahami pentingnya perbaikan manajemen reproduksi dan kualitas genetik ternak mereka.

“Memasuki tahun 2024, kami membentuk kelompok kerja khusus melalui SK Kepala Dinas untuk memperluas penerapan Wintuk. Kami juga melakukan pelatihan dan sosialisasi secara berkala kepada peternak,” jelas Kadis yang akrab disapa Tuty.

Dinas Peternakan menargetkan pada tahun 2025, teknologi inseminasi buatan untuk babi akan menjangkau 12 kecamatan dengan total 1.500 ekor sebagai sasaran inseminasi. Inovasi ini diharapkan mampu mempercepat peningkatan populasi babi unggul dan mengurangi risiko wabah penyakit.

Menurut Kadis Tuty, manfaat nyata dari program ini sudah mulai dirasakan oleh para peternak, di antaranya:

– Menurunnya biaya pemeliharaan karena tidak perlu memelihara pejantan.

– Pola pemeliharaan menjadi lebih teratur dan terencana.

– Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang teknologi reproduksi.

– Terciptanya lapangan kerja baru, khususnya tenaga teknis inseminasi dan penyediaan semen babi unggul.

“Teknologi ini terbukti lebih murah dibandingkan kawin alam dan mampu meningkatkan jumlah anak dalam satu kali kelahiran (litter size). Artinya, peternak mendapatkan hasil lebih banyak dari tiap indukan,” tambahnya.

Sementara itu, Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Kabupaten Manggarai, Frumencius L. T. Kurniawan, menilai program Wintuk selaras dengan agenda pembangunan daerah, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan mendukung ketahanan pangan berbasis ternak lokal.

“Inovasi Wintuk adalah contoh nyata penerapan teknologi tepat guna di sektor peternakan. Efeknya sangat langsung dirasakan masyarakat,” katanya.

Ia juga menambahkan bahwa keberhasilan program ini dalam dua tahun terakhir membuat Pemkab Manggarai optimis mengikutsertakannya dalam ajang Innovative Government Award (IGA) 2025 yang diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri.

“Target kita bukan sekadar penghargaan, tapi agar inovasi ini bisa direplikasi di daerah lain yang punya karakter peternakan serupa,” ujarnya.

Dengan semangat inovasi dan pendekatan berbasis teknologi, Pemerintah Kabupaten Manggarai berharap Wintuk menjadi lokomotif transformasi sektor peternakan tradisional menuju sistem yang modern, efisien, dan berkelanjutan.(*)

Konten

Komentar

You must be logged in to post a comment.