
Penulis: Tim | Editor: Redaksi

RUTENG, FAJARNTT.COM – Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, Pemerintah Kabupaten Manggarai menggelar ritual adat teing hang di Aula Nuca Lale, Kantor Bupati Manggarai, Selasa malam (12/8).
Acara ini menjadi wujud syukur, doa, dan penguatan semangat persatuan di tengah masyarakat Manggarai.
Ritual adat yang berlangsung dalam suasana khidmat tersebut dihadiri oleh Bupati Manggarai, Herybertus Geradus Laju Nabit, Wakil Bupati Manggarai, Fabianus Abu, Pelaksana Harian Sekda Manggarai, Libertus Paput, serta jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Manggarai. Turut hadir pula para tua adat, tokoh agama, dan sejumlah pejabat daerah.
Acara dipimpin oleh seorang tetua adat yang memimpin doa dan simbolisasi rasa syukur kepada leluhur serta permohonan perlindungan bagi seluruh masyarakat Manggarai dan bangsa Indonesia.
Dalam sambutannya, Bupati Manggarai, Herybertus Geradus Laju Nabit, menegaskan bahwa teing hang bukan sekadar seremoni budaya, melainkan sebuah pesan moral yang mengakar dalam kehidupan masyarakat Manggarai.

“Menjelang peringatan HUT RI, kita merayakan kemerdekaan bukan hanya dengan upacara formal atau pesta rakyat. Kita juga merayakannya melalui doa dan syukur dengan cara yang diwariskan leluhur. Teing hang adalah pengingat bahwa kemerdekaan tidak lepas dari doa, pengorbanan, dan kebersamaan,” ujarnya.
Bupati Hery menambahkan bahwa ritual adat ini menjadi sarana untuk memperkuat solidaritas sosial di tengah tantangan zaman modern.
“Di era globalisasi, kita sering disibukkan dengan hal-hal material dan teknologi. Tradisi seperti ini mengingatkan kita akan akar budaya yang menjadi perekat kehidupan bersama. Kita memohon agar bangsa ini selalu diberkati, rakyat hidup rukun, dan daerah kita terus berkembang,” tambahnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Manggarai, Fabianus Abu, menekankan pentingnya pelestarian teing hang sebagai warisan budaya yang memiliki nilai-nilai universal.
Menurutnya, tradisi ini mengajarkan rasa syukur, penghormatan terhadap leluhur, dan komitmen untuk menjaga persatuan.
“Generasi muda tidak boleh hanya menjadi penonton. Mereka harus memahami makna dari setiap simbol dan doa dalam teing hang. Di balik setiap rangkaian ritual, ada pesan moral yang sangat relevan untuk masa kini, terutama dalam mengisi kemerdekaan yang sudah kita raih,” ujarnya.
Acara ditutup dengan jamuan sederhana yang diikuti oleh seluruh undangan. Kehangatan suasana dalam momen teing hang mencerminkan pesan kuat bahwa kebersamaan dan saling menghormati adalah modal utama dalam membangun daerah dan menjaga keutuhan bangsa.
Dengan doa, simbol-simbol adat, dan tekad bersama, Pemerintah Kabupaten Manggarai meneguhkan komitmen untuk menyongsong HUT RI ke-80 bukan hanya sebagai peringatan sejarah, tetapi juga sebagai momentum memperkuat persatuan dan menegakkan nilai-nilai luhur bangsa.(*)