close menu

Masuk


Tutup x

Lewat Program Electrifying Agriculture, PLN Bantu Petani Manggarai Tingkatkan Produktivitas

Penulis: | Editor: Redaksi

FAJARNTT.COM – PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra) terus mendorong transformasi pertanian pedesaan lewat program electrifying agriculture.

Program ini bukan sekadar menghadirkan listrik ke pelosok, tetapi juga membawa teknologi modern yang membantu petani menghemat biaya, meningkatkan produktivitas, serta memperbaiki kualitas hasil panen. Di Poco Leok, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), PLN menyalurkan berbagai bantuan sarana pertanian modern untuk kelompok tani hortikultura.

Listrik Masuk Ladang: Bantuan Tepat Sasaran

Bantuan yang disalurkan PLN UIP Nusra meliputi 3 unit meteran listrik 1.300 VA, 6 set pompa air listrik berdaya 125 Watt, 22 sprinkler rotari, 3 set jaringan pipa PVC air bersih, dan 3 set instalasi penerangan 5–10 Watt. Seluruh bantuan ini diterima oleh tiga kelompok tani hortikultura, yaitu Kelompok Tani Nera, Kelompok Tani Tompal Momang, dan Kelompok Tani Badi’a.

Bagi petani hortikultura, ketersediaan listrik tidak hanya berarti ada penerangan di rumah, tetapi juga menjadi solusi nyata bagi persoalan yang mereka hadapi di lahan. Sistem penyiraman yang selama ini menjadi tantangan utama kini bisa dijalankan secara lebih efektif dan efisien. Dengan bantuan tersebut, para petani tidak lagi bergantung pada cara-cara tradisional yang menguras tenaga, sehingga mereka dapat lebih fokus mengembangkan pola tanam dan memperluas usaha tani.

Kedai Momica

Dari Ember ke Sprinkler: Perubahan Nyata di Poco Leok

Transformasi sistem penyiraman di Poco Leok mencerminkan betapa besar pengaruh listrik dalam kehidupan petani. Pada 2023, penyiraman dilakukan secara manual. Air diangkat menggunakan mesin diesel, ditampung dalam fiber, kemudian disiram satu per satu tanaman menggunakan ember, gembor, atau selang. Proses ini tidak hanya lambat tetapi juga sangat melelahkan, karena petani harus menghabiskan banyak waktu di kebun hanya untuk memberi air.

Tahun 2024, kondisi sedikit membaik dengan hadirnya jaringan air bersih. Petani sudah bisa mengalirkan air ke lahan menggunakan selang, namun sistem ini masih belum efisien. Penyiraman tetap membutuhkan tenaga manusia, sementara hasil panen belum optimal.

Situasi berubah drastis pada 2025. Dengan adanya electrifying agriculture, petani kini bisa memanfaatkan pompa listrik untuk mengalirkan air langsung ke sprinkler. Proses penyiraman menjadi lebih cepat, merata, dan hemat tenaga. Tidak ada lagi cerita petani harus bolak-balik membawa ember. Perubahan ini membuat mereka bisa mengalokasikan waktu ke aktivitas lain seperti pemupukan, perawatan tanaman, hingga menyiapkan produk untuk pasar.

Hemat Biaya, Panen Lebih Terjaga

Selain memudahkan pekerjaan, penggunaan listrik juga membawa dampak signifikan pada penghematan biaya. Sebelum ada program ini, petani Poco Leok rata-rata harus mengeluarkan Rp80.000 per bulan hanya untuk membeli BBM agar mesin diesel bisa beroperasi. Dengan adanya pompa listrik, biaya bulanan turun menjadi sekitar Rp50.000 untuk pembelian pulsa listrik. Artinya, ada penghematan sekitar 37,5 persen setiap bulan.

Bagi petani skala kecil, selisih Rp30.000 setiap bulan bukan angka kecil. Penghematan ini bisa digunakan untuk membeli bibit baru, pupuk tambahan, atau kebutuhan rumah tangga. Selain itu, penggunaan listrik jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan mesin diesel, karena tidak menghasilkan asap dan emisi karbon.

Efisiensi biaya ini secara langsung berdampak pada hasil panen. Dengan penyiraman yang lebih teratur dan merata, tanaman hortikultura seperti sayuran lebih terjaga kualitasnya. Hasil panen tidak hanya meningkat dari sisi kuantitas, tetapi juga lebih segar dan tahan lama saat dipasarkan.

Apresiasi dari Pendamping dan Petani Poco Leok

Program ini mendapat apresiasi besar dari pendamping kelompok tani, Sulastriviana Nova Mot. Ia menyebut program ini membuktikan kehadiran PLN di tengah masyarakat bukan hanya sebatas penyedia listrik, tetapi juga mitra nyata dalam pembangunan desa.

“Dengan adanya program electrifying agriculture, petani semakin mudah dalam proses penyiraman sekaligus lebih hemat biaya. Jika dulu kami harus mengeluarkan sekitar Rp80 ribu per bulan untuk BBM, kini cukup Rp50 ribu per bulan untuk listrik. Ini menjadi bukti nyata komitmen PLN dalam mendukung transformasi pertanian modern,” ungkap Nova.

Hal senada juga diutarakan Gerda Gunet, petani dari Kelompok Tani Nera Mesir. Baginya, perubahan sistem penyiraman ini adalah jawaban atas perjuangan panjang para petani Poco Leok.

“Penyiraman sekarang jadi lebih mudah, tidak perlu lagi pakai ember dan gembor. Kami bisa fokus ke kegiatan pertanian lainnya, dan hasil sayur lebih bagus karena mendapat air cukup,” ujarnya.

Testimoni ini menunjukkan bagaimana program berbasis listrik benar-benar memberi dampak langsung pada kehidupan petani, tidak hanya dari segi ekonomi tetapi juga kualitas hidup sehari-hari.

Sentuhan PLN, Omzet Petani Ikut Naik

Program electrifying agriculture di Poco Leok sejatinya merupakan bagian dari pendampingan jangka panjang PLN UIP Nusra. Sejak 2023, PLN sudah membina 24 kelompok tani yang terdiri dari 240 anggota. Total lahan hortikultura yang digarap mencapai 33.150 meter persegi.

Dengan dukungan listrik dan pendampingan berkelanjutan, sejumlah kelompok tani mencatat hasil positif. Beberapa di antaranya, yakni Kelompok Tani Tiba Gerak, Banera, Ba Dia, Nera, dan Ca Nai, berhasil mencatat kenaikan omzet hingga 2 persen. Angka ini memang terkesan kecil, namun untuk petani yang selama ini menghadapi biaya tinggi dan sistem tradisional, peningkatan tersebut menjadi langkah awal menuju kemandirian ekonomi yang lebih kuat.

Kepala Teknik Panas Bumi WKP Ulumbu, Roya Ginting, menekankan bahwa keberhasilan ini tidak terlepas dari semangat kelompok tani penerima bantuan.

“Kelompok tani penerima bantuan agriculture electrifying menunjukan komitmen luar biasa dalam setiap program Desa Berdaya PLN. Dengan bantuan alat pertanian modern ini, harapannya dapat menghemat pengeluaran operasional mereka,” ujarnya.

Komitmen Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

General Manager PLN UIP Nusra, Rizki Aftarianto, menegaskan bahwa program ini merupakan bagian dari inisiatif electrifying lifestyle, yaitu dorongan agar masyarakat memanfaatkan energi listrik dalam berbagai aspek kehidupan. Pertanian menjadi salah satu fokus, karena sektor ini berhubungan langsung dengan ketahanan pangan sekaligus kesejahteraan masyarakat desa.

“Melalui pendampingan berkelanjutan, PLN hadir sejak tahap pembersihan lahan sampai pemasaran hasil panen. Ini langkah nyata mendukung pertanian modern yang lebih efisien, murah, dan berkelanjutan,” ujarnya.

Rizki menambahkan, electrifying agriculture sejalan dengan penerapan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance). Program ini dinilai mampu menciptakan pertanian ramah lingkungan, memperkuat kesejahteraan sosial petani, serta dijalankan dengan tata kelola yang transparan dan akuntabel.

“Electrifying agriculture menghadirkan pertanian ramah lingkungan, memperkuat kesejahteraan sosial petani, serta memastikan tata kelola program yang transparan dan akuntabel. Ini menjadi wujud kontribusi PLN dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Nusa Tenggara,” tegasnya.

Menuju Pertanian Modern Poco Leok

Kehadiran listrik di Poco Leok kini tidak hanya sebatas penerangan rumah tangga, melainkan juga mengubah wajah pertanian di desa. Dari yang dulunya bergantung pada ember dan gembor, kini petani sudah bisa memanfaatkan sprinkler otomatis. Dari yang dulunya terbebani biaya BBM, kini mereka menikmati listrik dengan biaya lebih murah.

PLN berharap, transformasi ini akan terus berkembang hingga menjangkau kelompok tani lain di Nusa Tenggara Timur. Dengan produktivitas yang semakin meningkat, biaya yang lebih efisien, serta penerapan teknologi ramah lingkungan, Poco Leok berpotensi menjadi model pertanian modern di wilayah pedesaan Indonesia.(*)

Konten

Komentar

You must be logged in to post a comment.