
Penulis: Tim | Editor: Redaksi
RUTENG, FAJARNTT.COM – Dunia musik di Manggarai kini kedatangan bintang baru. Sebuah grup band bernama X-Pio Band resmi hadir dan siap mewarnai panggung musik lokal dengan semangat kebersamaan dan kreativitas. Grup ini lahir dari rahim semangat para alumni Seminari Pius XII Kisol, yang selama masa pendidikan mereka telah terbiasa hidup dalam harmoni musik, liturgi, dan persaudaraan.
X-Pio Band muncul pertama kali saat mengisi acara Festival Lembah San Pio Kisol pada September 2025 lalu. Penampilan yang semula hanya untuk nostalgia reuni dan pesta keluarga besar Seminari Kisol, ternyata membangkitkan kembali gairah bermusik di antara para alumninya. Dari situ, ide untuk membentuk sebuah band permanen pun mengalir dengan spontan dan X-Pio Band pun lahir.
Dari Ajang Reuni ke Komunitas Musik
Menurut Igen Jaka, manajer sekaligus salah satu penggagas band, terbentuknya X-Pio berawal dari undangan Romo Beben untuk mengisi acara festival tersebut.
“Romo Beben waktu itu menghubungi kami dan bilang, bagaimana kalau kita isi acara Festival Lembah San Pio. Dari situ saya mulai menghubungi teman-teman alumni yang punya bakat musik, dan akhirnya terbentuklah satu formasi lengkap, ada drum, bass, dua gitar, dan keyboard,” jelas Igen Jaka kepada Fajar NTT pada Rabu, 8 Oktober 2025.
Igen menuturkan bahwa konsep bermusik di X-Pio sangat terbuka dan inklusif.
Dimana, lanjut dia, tidak ada batasan jumlah pemain tetap, karena siapa pun alumni Seminari Pius XII Kisol yang memiliki minat dan bakat musik boleh bergabung.
“X-Pio bukan sekadar band, tapi komunitas alumni yang punya semangat sama di bidang musik. Kami ingin tetap bermain musik bersama, walau sudah bekerja di bidang masing-masing,” ujarnya.
Dari Studio Tulung ke Panggung Manggarai Raya
Sebagai manajer, Igen Jaka bukan sosok baru di dunia musik. Ia sudah lama berkecimpung dalam bidang ini, bahkan memiliki Studio Satu Tulung di Ruteng sejak tahun 2015. Sebelumnya, Igen pernah bermusik di Bali sambil kuliah, tampil di berbagai kafe dan panggung jalanan.
“Saya dulu sering ngamen di Bali, dan setelah kembali ke Ruteng, saya buka studio supaya anak-anak muda Manggarai bisa punya tempat berekspresi lewat musik,” ungkapnya.
Latar belakang musikal para anggota X-Pio juga tak kalah kuat. Sebagian besar dari mereka adalah mantan pemain band seminari, baik di jenjang SMP maupun SMA. Mereka terbiasa memainkan musik liturgi, rock, reggae, hingga pop. Semangat itulah yang kini mereka bawa ke panggung profesional.
Semangat Bernostalgia dan Menginspirasi Generasi Muda
Salah satu personel, Heri Baben, yang juga dikenal sebagai Ketua Yayasan Pesona Manggarai Raya (YaSonar) dan politisi Partai NasDem, menyebut X-Pio Band sebagai wadah nostalgia sekaligus sarana inspiratif.
“Kami semua ini bekas seminari. Lintas angkatan, lintas generasi. X-Pio adalah bentuk nostalgia kami terhadap masa-masa di Kisol, tapi juga bentuk tanggung jawab moral untuk terus memproduksi karya dan menginspirasi generasi muda Manggarai lewat musik,” tutur Heri.
Menurutnya, X-Pio tak hanya hadir untuk menghibur, tetapi juga untuk menghidupkan kembali tradisi bermusik yang dulu tumbuh subur di seminari.
“Kami ingin menunjukkan bahwa bermusik itu bukan sekadar hobi masa muda. Sampai tua pun, kita tetap bisa bermusik. Musik adalah ruang kebersamaan,” tambahnya.
Formasi dan Warna Musik X-Pio Band
Formasi X-Pio Band terdiri dari sejumlah alumni berbakat yang sudah lama bermain musik:
– Drum: Rio Tanis dan Daniel
– Gitar: Pompy Jehaun dan Pepet Ngadu
– Bass: Epank Marsidi
– Keyboard: Tris Baeng
– Saxophone: No Riberu
– Vokal: Heri Baben, Romo Beben Gaguk, Ino Djemali, Cony Watang, Igen Marley, Rivin Hadut, Rino Nores
– Soundman: Risal Baeng
Soal genre, X-Pio Band masih mengeksplorasi berbagai warna musik mulai dari rock and roll, reggae, pop hingga slow rock.
“Kami belum mengunci diri dalam satu genre. Sekarang kami masih mencoba berbagai warna. Ke depan, mudah-mudahan X-Pio punya karakter khasnya sendiri,” kata Igen.
Mulai Manggung di Festival-Festival Besar
Sejak debut di Festival Lembah San Pio, X-Pio Band terus aktif tampil di berbagai kegiatan. Pada Minggu, 5 Oktober 2025, mereka turut memeriahkan Festival Golo Curu di Ruteng, sebuah panggung budaya bergengsi yang mempertemukan musisi-musisi lokal Manggarai Raya.
Kehadiran X-Pio di panggung-panggung itu menjadi bukti bahwa semangat alumni Seminari Kisol untuk berkarya tidak pernah padam. Mereka membawa pesan sederhana namun mendalam: bahwa musik adalah cara untuk menjaga persaudaraan, menyalakan harapan, dan memperkuat jati diri Manggarai lewat nada dan harmoni.
Sebagai informasi, X-Pio Band bukan sekadar kelompok musik baru, melainkan simbol dari kontinuitas kreativitas yang tumbuh dari lingkungan pendidikan klasik dan religius seperti Seminari Pius XII Kisol. Dari tempat mereka belajar disiplin, doa, dan tanggung jawab, kini mereka menghadirkan harmoni baru untuk masyarakat guna membuktikan bahwa persaudaraan, iman, dan musik bisa berjalan seirama dalam satu irama bernama X-Pio Band.(*)





