close menu

Masuk


Tutup x

Warga Curhat di Media, Hilarius Teguh: Dia “Bermasturbasi” dengan Nalar Sesatnya

Warga Curhat
Kepala Desa Nampar Tabang, Hilarius Teguh, SH (Foto : Tim Redaksi FajarNTT.com)

Penulis: | Editor: Vincent Ngara

BORONG, FAJARNTT.COM – Belakangan ini, salah satu warga Desa Nampar Tabang menyampaikan curahan hati pada salah satu media online terkait program listrik Indonesia Terang yang hadir di Desa Nampar Tabang, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Desa Nampar Tabang, Hilarius Teguh mengundang pihak-pihak terkait untuk duduk bersama, sehingga tidak menjadi polemik yang berkepanjangan.

“Hal tersebut juga penting kami lakukan, dalam rangka menyukseskan program listrik Indonesia Terang yang saat ini sedang berlangsung,” jelas Hilarius kepada wartawan media ini, pada Jumat, 23 Oktober 2020.

Kepala Desa Nampar Tabang, Hilarius Teguh, SH (Foto : Tim Redaksi FajarNTT.com)

Setelah mencermati tulisan pada media tersebut, kata Hilarius, ada beberapa hal yang perlu untuk ditanggapi berkaitan dengan program listrik Indonesia Terang di Desa Nampar Tabang.

Pertama, terkait tuduhan kontroversi biaya. Hal tersebut tidak benar. Tidak ada kontroversi biaya. Biaya-biaya yang ada merupakan biaya yang kami terima langsung dari pihak PLN Ruteng. Ada 3 jenis paket biaya yang kami terima yaitu, Paket Hemat Migrasi Sehen dengan rincian daya 450 VA : Rp. 1.106.500, daya 900 VA : Rp. 1.601.150, dan daya 1300 VA : Rp. 2.060.950. Paket Hemat 3T & BST RT dengan rincian daya 450 VA : Rp. 1.320.000, daya 900 VA : Rp. 1.601.000, dan daya 1300 VA : Rp. 2.485.500. Paket Hemat Reguler, dengan Rincian daya: 450 VA : Rp 1.530.500, daya 900 VA : Rp. 2.022.500, dan daya 1300 VA : Rp. 2.485.500. Dari pilihan paket tersebut, masyarakat diberi kebebasan untuk memilih. Ini yang kita lakukan pada saat sosialisasi. Jadi tidak benar ada kontroversi harga seperti yang diberitakan. Sejak tahap sosialisasi, hingga proses pendaftaran tahap 2 yang sedang berlangsung saat ini, tidak ada satupun warga desa kami yang melakukan pengaduan ke kantor desa atau melalui nomor ponsel kami serta nomor ponsel pihak instalatir. Bahkan, yang bersangkutan pun sudah mendaftar untuk tahap 1 yang saat ini juga akan dilakukan penggantungan meteran. Pada saat pendaftaran, yang bersangkutan tidak pernah melakukan protes terkait variasi harga,” bebernya.

Kedua, terkait pemasangan MCB dalam rumah atau sekring. Lagi-lagi, tidak ada kegaduhan yang terjadi seperti yang diberitakan. Dan tidak ada pengaduan masyarakat terkait hal tersebut. Buku tamu kantor desa Nampar Tabang, terpantau nihil terkait pengaduan dari masyarakat. Kami mengetahuinya setelah hal ini dimediakan. Setelah kami melakukan penelusuran, betul ada beberapa rumah yang keliru dalam penempatan MCB dalam atau sekring. Menindaklanjuti penelusuran yang telah kami lakukan, kami sudah menghubungi pihak instalatir. Kurang lebih seperti ini jawaban pihak instalatir “Kalau memang benar seperti itu, kami akan membenahinya. Kami akan ganti. Pergantian tersebut akan kami lakukan pada saat proses penggantungan meteran. Karena pekerjaan kami belum selesai”. Dan hari ini juga, pihak instalatir sudah hadir di desa, untuk melakukan pembenahan. Sehingga kalaupun Pemdes dianggap “cuci tangan” terkait hal tersebut, itu juga tidak benar. Kami membantahnya!,” tegas Hilarius.

Ketiga, dalam rilis media tersebut, yang bersangkutan menyebut “dirinya merasa dirugikan dan merupakan korban penipuan terkait program listrik ini”. Pernyataan tersebut juga sangat “prematur”, dan logika yang digunakan sangat “dangkal”. Faktanya, proses Instalasi belum selesai, pemasangan meteran belum dilakukan, arus listrik belum ada, dan kita semua disini masih dikategorikan calon pelanggan PLN, bagaimana mungkin yang bersangkutan sudah menyebut dirinya “merasa dirugikan”. Kan masih kategori calon pelanggan. Kalau soal “rasa”, mungkin yang bersangkutan masih gagal move on sehingga masih selalu asyik “bermasturbasi” dengan nalar sesatnya sendiri. Dalam rilis tersebut juga, yang bersangkutan menyebut menduga Pemdes sedang “berselingkuh” dengan pihak instalatir. Kesimpulan jongkok yang menggunakan diksi liar seperti itu, menurut kami agak berlebihan, dan hanya untuk mencari sensasi saja,” terang Hilarius.

Terkait curahan hati salah satu warganya, lanjut Hilarius, Pemdes Nampar Tabang telah menyatakan sikap.

“Sejak sosialisasi awal, kita semua telah bersepakat, terkait pengaduan atau apapun, mohon untuk disampaikan langsung ke pihak instalatir,” tutupnya.(*)

Follow Berita FajarNTT.com di Google News

Dapatkan update breaking news dan berita pilihan kami dengan mengikuti FajarNTT.com WhatsApp Channel di ponsel kamu

CATATAN REDAKSI: apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada redaksi kami EMAIL.
Sebagaimana diatur dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.

Konten

Komentar

You must be logged in to post a comment.

Terkini Lain

Konten