
Penulis: Tim | Editor: Redaksi

RUTENG, FAJARNTT.COM – Kinerja tanggap dari UPTD Puskesmas Kota Ruteng dalam menangani puluhan kasus gigitan rabies mendapat apresiasi tinggi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai.
Penanganan cepat dan terukur dari fasilitas kesehatan ini dinilai berhasil menyelamatkan puluhan korban dari ancaman virus rabies, yang masih menjadi masalah serius di wilayah ini.
Apresiasi tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai, Bertolomeus Hermopan, saat ditemui di ruang kerjanya pada Rabu, 23 Juli 2025.
“Patut diapresiasi, semua korban gigitan telah divaksin. Ini menunjukkan respon cepat dan komitmen kuat dari tenaga kesehatan di Puskesmas Kota dalam menangani kasus-kasus berisiko tinggi seperti rabies,” ujar pria yang akrab disapa Tomi itu.
Menurut data yang dihimpun, sejak awal tahun hingga pertengahan Juli 2025, Puskesmas Kota Ruteng telah menangani 46 kasus gigitan hewan penular rabies.

Dari jumlah tersebut, Jelas Tomi, mayoritas korban adalah anak-anak dan remaja di bawah usia 18 tahun, yakni sebanyak 21 kasus. Sebuah catatan yang menunjukkan kelompok usia rentan masih menjadi sasaran utama serangan hewan pembawa rabies, terutama anjing.
Anjing disebut sebagai penyebab tertinggi kasus gigitan, dengan sebagian besar termasuk dalam kategori 3 tingkat gigitan yang paling berisiko menularkan rabies karena luka gigitan yang dalam atau terjadi pada bagian tubuh vital. Lokasi kejadian pun bervariasi, mulai dari rumah (20 kasus), halaman rumah (15 kasus), hingga jalan umum (11 kasus).
Respons Medis Cepat dan Terkoordinasi
Penanggung jawab pasien rabies di Puskesmas Kota Ruteng, Rini, menyatakan bahwa seluruh pasien yang datang telah mendapat penanganan sesuai prosedur medis.
“Semua pasien kami layani, baik dari tahap pencucian luka maupun pemberian vaksin,” ungkap Rini.
Dari 46 korban, seluruhnya telah menjalani prosedur cuci luka, dan 40 orang telah menerima vaksin rabies. Namun, ia tidak menampik bahwa tantangan logistik, terutama soal ketersediaan vaksin, masih menjadi hambatan.
“Jika stok vaksin habis di tempat kami, pasien akan kami arahkan ke fasilitas kesehatan lain yang masih memiliki stok vaksin. Kami upayakan jangan sampai pasien terlambat divaksin,” jelasnya.
Rini menjelaskan bahwa pemberian vaksin rabies biasanya dimulai pada hari kejadian (H-0) dan dilanjutkan sesuai jadwal, dengan observasi pada hewan yang menggigit selama 14 hari.
“Jika anjing masih hidup selama masa observasi, suntikan ketiga pada hari ke-21 tidak diperlukan,” tambahnya.
Edukasi dan Pencegahan Jadi Kunci
Selain penanganan medis, Rini juga menekankan pentingnya edukasi masyarakat tentang pencegahan rabies. Ia mengimbau warga untuk memvaksinasi hewan peliharaan secara berkala, mengikat anjing peliharaan, dan menghindari kontak dengan hewan liar.
“Kami berharap kesadaran masyarakat makin tinggi. Rabies bukan hanya masalah medis, tapi juga masalah perilaku dan lingkungan. Pencegahan sangat penting,” tegasnya.
Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai pun menyatakan komitmennya untuk terus mendukung Puskesmas dalam menghadapi kasus-kasus rabies, baik dari sisi logistik, peningkatan kapasitas SDM, maupun edukasi publik.
Dengan langkah tanggap dan kerja kolaboratif ini, pemerintah daerah berharap kasus rabies di Manggarai, khususnya di wilayah perkotaan seperti Ruteng, bisa ditekan secara signifikan.(*)