close menu

Masuk


Tutup x

Tokoh Pemuda Manggarai di Bali Kecam Dugaan Penganiayaan Mahasiswa, Minta Hukum Tegak Tanpa Pandang Bulu

I Putu Agus Karsha Saskara Putra, S.Kom., M.Kom., salah satu tokoh pemuda-mahasiswa Manggarai di Bali.
I Putu Agus Karsha Saskara Putra, S.Kom., M.Kom., salah satu tokoh pemuda-mahasiswa Manggarai di Bali.

Penulis: | Editor: Redaksi

FAJARNTT.COM – Gelombang kecaman terhadap kasus dugaan penganiayaan seorang mahasiswa asal Manggarai, Claudius Sot (23), terus mengalir. Insiden yang terjadi di ruang SPKT Polres Manggarai pada Minggu, 6 September 2025, itu kini mendapat sorotan dari berbagai kalangan, termasuk dari I Putu Agus Karsha Saskara Putra, S.Kom., M.Kom., salah satu tokoh pemuda-mahasiswa Manggarai di Bali.

Ia menegaskan bahwa peristiwa tersebut adalah preseden buruk bagi penegakan hukum dan mencoreng citra kepolisian sebagai institusi yang seharusnya menjadi pelindung masyarakat.

Kecam Tindakan Kekerasan oleh Oknum Polisi

Karsha tidak menutupi rasa marah dan kecewanya terhadap dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh sejumlah oknum anggota Polres Manggarai.

Menurutnya, tindakan kekerasan yang dilakukan aparat penegak hukum terhadap warga sipil, terlebih seorang mahasiswa, adalah bentuk pelanggaran berat yang tidak bisa dibiarkan begitu saja.

“Saya sangat prihatin atas kasus yang menimpa adik kita Claudius Sot. Saya tegas mengecam segala bentuk kekerasan, apalagi dilakukan oleh aparat yang seharusnya melindungi masyarakat. Ini bukan hanya pelanggaran hukum, tetapi juga pengkhianatan terhadap nilai kemanusiaan,” ujar Karsha.

Kedai Momica

Ia menambahkan, aparat kepolisian harusnya mengedepankan prinsip profesionalitas, keterbukaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM).

“Alih-alih melindungi, tindakan represif justru semakin mengikis kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian,” tegasnya.

Luka Fisik dan Psikologis Korban

Kasus ini, menurut Karsha, bukan hanya soal luka-luka fisik yang dialami korban, tetapi juga menyangkut trauma mendalam yang bisa memengaruhi kondisi psikologis korban dalam jangka panjang.

Ia menjelaskan, korban pastinya akan mengalami penderitaan yang melampaui batas tubuh, yakni rasa takut, tekanan batin, hingga hilangnya rasa aman yang seharusnya didapatkan setiap warga negara.

“Korban tidak hanya menderita luka secara fisik, tetapi juga tekanan psikologis yang mendalam. Peristiwa ini tentu meninggalkan trauma yang panjang. Bagaimana mungkin seorang mahasiswa bisa merasa aman menimba ilmu, bila aparat yang seharusnya melindungi justru melakukan kekerasan?” kata Karsha.

Ia menekankan, dampak kasus ini bukan hanya dirasakan oleh korban, tetapi juga oleh masyarakat luas yang semakin kehilangan rasa percaya terhadap institusi kepolisian.

Desak Pemecatan dan Penindakan Tegas

Karsha juga mendesak Kapolres Manggarai untuk bersikap tegas. Menurutnya, satu-satunya jalan untuk mengembalikan kepercayaan publik adalah dengan memberikan sanksi tegas terhadap para oknum yang terlibat.

“Saya minta agar Kapolres Manggarai bertindak tegas dengan memberikan sanksi pemecatan kepada para pelaku. Jangan sampai ada kesan kasus ini ditutup-tutupi atau diperlakukan setengah hati. Hukum harus tegak tanpa pandang bulu,” tegasnya.

Ia menilai, jika langkah tegas tidak diambil, maka bukan hanya korban yang dirugikan, tetapi juga citra Polri secara keseluruhan yang dipertaruhkan.

“Keadilan harus benar-benar ditegakkan, bukan sekadar janji atau retorika,” tuturnya.

Seruan untuk Kawal Proses Hukum

Dalam pernyataannya, Agus mengajak masyarakat luas untuk tidak tinggal diam. Ia menekankan pentingnya peran publik dalam mengawal jalannya proses hukum agar tidak ada praktik impunitas atau perlakuan khusus terhadap pelaku hanya karena mereka berasal dari institusi kepolisian.

“Saya mengajak masyarakat untuk tidak takut melapor dan bersuara. Kekerasan adalah pelanggaran hukum sekaligus penghianatan terhadap nilai kemanusiaan. Jangan biarkan kasus seperti ini berulang,” tegasnya.

Menurut Karsha, ketika publik bersatu dan ikut serta mengawasi proses hukum, maka aparat penegak hukum tidak bisa semena-mena atau menutupi kasus yang mencoreng integritas mereka.

Dampak Kasus terhadap Citra Polri Secara Nasional

Kasus dugaan penganiayaan mahasiswa ini dinilai bukan sekadar persoalan lokal di Manggarai.

Bagi Karsha, dampak kasus ini mencoreng nama baik Polri di tingkat nasional.

Ia menilai, setiap insiden kekerasan yang dilakukan aparat tidak hanya merusak kepercayaan masyarakat di daerah, tetapi juga mengguncang legitimasi Polri sebagai institusi penegak hukum di Indonesia.

“Kekerasan yang dilakukan oleh oknum polisi tidak bisa dianggap persoalan kecil. Ini berdampak pada citra Polri secara nasional. Bagaimana masyarakat bisa percaya pada kepolisian jika masih ada tindakan represif terhadap rakyatnya sendiri?”ungkap Karsha.

Ia menekankan bahwa Polri saat ini berada di bawah sorotan publik, sehingga setiap tindakan oknum anggotanya akan memengaruhi wibawa institusi di mata masyarakat luas.

Harapan Perubahan di Institusi Polri

Karsha menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa kasus ini harus menjadi momentum perubahan di tubuh Polri, khususnya di lingkup Polres Manggarai.

Ia berharap ada evaluasi menyeluruh, baik dalam hal pengawasan, pembinaan, maupun penegakan disiplin internal agar kasus serupa tidak terulang.

Karsha juga menambahkan, masyarakat Manggarai, baik yang ada di daerah maupun di perantauan, akan terus mengawal kasus ini sebagai bentuk solidaritas terhadap korban sekaligus demi tegaknya keadilan dan supremasi hukum di Indonesia.

“Saya berharap Kapolres Manggarai benar-benar mengawasi anggotanya. Jangan sampai tindakan segelintir oknum merusak citra Polri secara keseluruhan. Rakyat butuh kepolisian yang mengayomi, bukan menakut-nakuti,” tutupnya.(*)

Konten

Komentar

You must be logged in to post a comment.