close menu

Masuk


Tutup x

Roko Molas Poco di Gendang Lando, Wabup Fabi: Rumah Gendang Lambang Kesatuan dan Kehormatan Manggarai

Prosesi adat Roko Molas Poco di Rumah Gendang Lando, Desa Bangka Jong, Kecamatan Wae Ri’i pada Kamis, 23 Oktober 2025. (Dok.Fajar NTT/ Yulianus Onca)
Prosesi adat Roko Molas Poco di Rumah Gendang Lando, Desa Bangka Jong, Kecamatan Wae Ri’i pada Kamis, 23 Oktober 2025. (Dok.Fajar NTT/ Yulianus Onca)

Penulis: | Editor: Redaksi

FAJARNTT.COM – Ratusan warga Gendang Lando, Desa Bangka Jong, Kecamatan Wae Ri’i, Kabupaten Manggarai, dengan penuh khidmat mengikuti prosesi adat Roko Molas Poco pada Kamis (23/10/2025).

Ritus sakral ini menjadi penanda awal pembangunan rumah gendang baru sebagai pusat kehidupan adat yang menjadi simbol kesatuan, kehormatan, dan identitas orang Manggarai.

Prosesi adat yang sarat makna ini turut dihadiri Wakil Bupati Manggarai, Fabianus Abu, S.Pd, yang juga merupakan putra Gendang Lando, Anggota DPRD Provinsi NTT Jimur Siena Katrina, Kepala Desa Bangka Jong Ferdinandus Ampur, serta Kepala Desa Wae Ri’i. Kehadiran para pejabat tersebut mempertegas dukungan pemerintah terhadap pelestarian budaya dan nilai-nilai adat Manggarai yang diwariskan secara turun-temurun.

Makna Sakral Ritus Roko Molas Poco

Dalam tradisi Manggarai, Roko Molas Poco merupakan upacara pengambilan dan pengantaran siri bongkok sebagai tiang utama penopang rumah gendang, yang diyakini memiliki makna spiritual mendalam. Tiang itu menjadi simbol kekuatan, kehormatan, dan kesatuan komunitas adat.

Siri bongkok tidak dipilih sembarangan. Pohon yang dijadikan tiang utama harus bebas dari dahan patah, tidak cacat, dan tidak pernah tersentuh parang. Hal ini menandakan kesempurnaan dan kemuliaan dalam setiap struktur sosial masyarakat adat.

“Dalam keyakinan orang Manggarai, tiang utama rumah gendang mencerminkan kekuatan moral, kepemimpinan, dan kesatuan warga dalam satu komando adat,” ujar salah satu tua adat Gendang Lando di sela prosesi.

Wabup Fabi: “Rumah Gendang Cermin Kesatuan dan Kehormatan”

Dalam sambutannya, Wakil Bupati Manggarai Fabianus Abu menegaskan bahwa pembangunan rumah gendang dan prosesi Roko Molas Poco tidak hanya memiliki nilai fisik, tetapi juga spiritual dan sosial.

Ia menyebut, rumah gendang adalah lambang kesatuan dan tempat masyarakat belajar nilai-nilai hidup bersama.

“Siri bongkok bukan sekadar kayu biasa; tiang yang kuat dan tinggi menggambarkan kekuatan orang Manggarai dan menunjukkan bahwa di rumah gendang ada satu pimpinan, satu komando, dan satu penggerak untuk menjaga kesatuan,” tegas Wabup Fabi.

Menurutnya, rumah gendang adalah jantung kehidupan sosial di Manggarai.

“Rumah gendang bukan hanya bangunan, tapi tempat kita belajar menghormati, mendengar, dan menjaga kebersamaan. Ketinggian tiangnya mengingatkan kita pada hubungan manusia dengan Tuhan dan leluhur,” tambahnya.

Wabup Fabi juga mengapresiasi partisipasi masyarakat yang tetap memelihara ritus-ritus adat di tengah perkembangan zaman.

Ia berharap nilai-nilai luhur ini terus diwariskan kepada generasi muda sebagai dasar identitas Manggarai yang kokoh.

Jimur Siena Katrina: “Roko Molas Poco adalah Simbol Identitas dan Persatuan”

Sementara itu, Anggota DPRD Provinsi NTT Fraksi PAN, Jimur Siena Katrina, menilai bahwa ritus Roko Molas Poco bukan sekadar seremoni adat, tetapi juga refleksi tentang jati diri dan kebersamaan masyarakat Manggarai.

“Ritus ini adalah simbol identitas, persatuan, dan penghormatan terhadap leluhur. Kita belajar bahwa pembangunan tidak hanya fisik, tetapi juga pembangunan jiwa dan budaya,” ujarnya.

Sebagai bentuk dukungan nyata, Jimur Siena memberikan bantuan pribadi berupa 200 lembar seng dan sejumlah paku untuk mendukung pembangunan rumah gendang Gendang Lando.

“Bantuan ini mungkin tidak besar, tapi menjadi wujud kepedulian dan komitmen saya terhadap pelestarian budaya Manggarai,” tambahnya.

Kades Bangka Jong: “Roko Molas Poco Adalah Ruang Edukasi Budaya”

Kepala Desa Bangka Jong, Ferdinandus Ampur, mengungkapkan rasa bangganya karena ritus adat Roko Molas Poco bisa kembali dilakukan di Gendang Lando.

Menurutnya, momen ini sangat langka dan sarat nilai edukatif bagi generasi muda.

“Di usia kami, baru terjadi lagi prosesi seperti ini. Karena itu, kehadiran masyarakat untuk menyaksikan dan belajar langsung tentang Roko Molas Poco sangat penting,” kata Kades Ferdi.

Ia menegaskan bahwa pemerintah desa mendukung penuh pembangunan rumah gendang, baik secara moril maupun administratif.

“Usulan pembangunan rumah gendang ini datang dari pemerintah desa, dan kami pastikan dukungan penuh agar proses ini berjalan baik,” ujarnya.

Menurut Ferdi, pembangunan rumah gendang dan pelaksanaan ritus adat seperti ini menjadi ruang penguatan identitas serta ajang pewarisan nilai-nilai luhur Manggarai kepada generasi penerus.

Simbol Relasi Manusia, Leluhur, dan Alam

Prosesi Roko Molas Poco di Gendang Lando menegaskan kembali keterhubungan manusia Manggarai dengan alam, leluhur, dan Sang Pencipta. Tiang utama yang ditegakkan bukan hanya menopang atap rumah gendang, tetapi juga menopang makna spiritual kehidupan.

Melalui ritus ini, masyarakat Gendang Lando menunjukkan bahwa budaya Manggarai bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan sumber inspirasi dan pedoman moral untuk membangun masa depan yang berakar pada nilai-nilai leluhur.

“Rumah gendang adalah simbol kebersamaan, dan Roko Molas Poco mengajarkan kita bahwa kekuatan sejati orang Manggarai ada pada kesatuan,” tutur salah satu tokoh adat menutup prosesi.

Laporan: Yulianus Onca

Kedai Momica
Konten

Komentar

You must be logged in to post a comment.