close menu

Masuk


Tutup x

Pemerintah Kelurahan Rowang Salurkan Bantuan Dasar untuk 150 Anak Migran Penghuni Kos

Pemerintah Kelurahan Rewang bekerja sama dengan Yayasan Gembala Baik menyalurkan bantuan kebutuhan dasar berupa kasur, selimut, dan pakaian kepada 150 anak migran yang sangat membutuhkan. (Dok. Fajar NTT)
Pemerintah Kelurahan Rewang bekerja sama dengan Yayasan Gembala Baik menyalurkan bantuan kebutuhan dasar berupa kasur, selimut, dan pakaian kepada 150 anak migran yang sangat membutuhkan. (Dok. Fajar NTT)

Penulis: | Editor: Redaksi

RUTENG,FAJAR NTT.COM – Upaya perlindungan terhadap anak-anak migran kembali diperkuat Pemerintah Kelurahan Rowang melalui aksi nyata yang menyentuh langsung kehidupan para penghuni kos dan asrama. Pada Sabtu, 29 November 2025, Pemerintah Kelurahan Rowang bekerja sama dengan Karya Kemanusiaan Weta Gerak Yayasan Gembala Baik Indonesia (YGBI) menyalurkan bantuan kebutuhan dasar berupa kasur, selimut, dan pakaian kepada 150 anak migran yang sangat membutuhkan. Kegiatan ini dipusatkan di Aula St. Yoseph, Katedral Ruteng.

Bantuan tersebut merupakan bagian dari rangkaian Program Pengembangan Kelurahan Ramah Anak Bermigrasi, yang baru saja dilegalkan melalui Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Kelurahan Rowang dan Yayasan Gembala Baik Indonesia pada 24 November 2025. Penyaluran ini sekaligus menjadi aksi kedua setelah sebelumnya masyarakat sasaran menerima bantuan sembako untuk 100 anak.

Lurah Rowang, Felco Magur, menegaskan bahwa seluruh program yang dijalankan bertujuan lebih dari sekadar memberikan bantuan fisik.

Menurutnya, langkah ini adalah usaha membangun lingkungan yang membuat anak-anak migran merasa menjadi bagian dari komunitas baru tempat mereka tinggal dan belajar.

“Kegiatan ini kami lakukan untuk membantu, merangkul, dan mengajak anak-anak migran menjadi bagian dari keluarga besar Kelurahan Rowang. Kami ingin mereka merasa tidak terasing dan punya ruang aman untuk beraktivitas serta berkembang,” ujar Felco melalui press release yang diterima Fajar NTT pada Minggu malam (30/11).

Ia menjelaskan bahwa masih banyak anak migran yang hidup dalam kondisi memprihatinkan minim fasilitas dasar, rentan terhadap kekerasan, dan jauh dari pendampingan keluarga.

Karena itu, jelas Lurah Felco, program seperti ini penting untuk mencegah kerentanan dan memberi peluang bagi mereka untuk mendapatkan hak-hak dasar sebagai anak.

Lurah Felco juga menyampaikan apresiasi tertinggi kepada Yayasan Gembala Baik Indonesia serta para donatur yang mendukung program kemanusiaan tersebut.

“Terima kasih kepada para donatur yang melalui YGBI telah menjadi bagian dari upaya kami. Bantuan ini adalah wujud nyata dari kepedulian yang menyentuh masa depan anak-anak kita,” katanya.

Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Suster Natalia Un Tazil, RGS, dari Komunitas Gembala Baik Ruteng. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa pelayanan mereka adalah bentuk penghayatan iman melalui kepedulian terhadap sesama, terutama anak-anak yang jauh dari keluarga.

“Teman-teman penghuni kos adalah sahabat kami. Seperti Yesus meninggalkan 99 domba demi mencari satu yang hilang, begitulah cara kami memandang anak-anak migran

Dimana mereka harus dicari, dirangkul, dan diselamatkan,” ujarnya penuh kehangatan.

Suster Nat menjelaskan bahwa kegiatan ini juga menjadi bagian dari perayaan 100 tahun Yayasan Gembala Baik Indonesia dan 40 tahun YGBI di Ruteng.

Momentum ini, katanya, menjadi pengingat bahwa kasih harus diwujudkan dalam tindakan nyata.

“Kami akan terus berjuang dengan kasih melalui orang-orang baik di luar sana. Anak-anak ini tidak boleh merasa sendirian,” tegasnya.

Sementara itu, Suster Nirmala Flora Bude, RGS, selaku Pimpinan Karya Kemanusiaan Weta Gerak YGBI, menyampaikan bahwa program bantuan dasar tersebut berangkat dari realitas lapangan yang mereka temukan saat melakukan kunjungan ke sejumlah rumah kos di Kelurahan Rowang.

“Kami melihat tempat tidur yang tidak layak, lingkungan tidur yang kotor, dan pola hidup yang tidak sehat. Ini sangat mengganggu perkembangan mereka dan bisa menghambat fokus terhadap sekolah,” ungkap Suster Flo.

Ia juga mengingatkan para remaja migran tentang pentingnya menjaga martabat diri, fokus pada pendidikan, serta menjauhi pola hidup yang dapat membawa mereka pada masalah baru.

“Ingat pesan ini: berangkat dari rumah untuk sekolah dan pulang ke kampung nanti itu harus sendiri. Tidak boleh pulang berdua, apalagi membawa suami atau anak,” ujar Sr. Flo dengan tegas.

Kelanjutan Program: Edukasi, Perlindungan, dan Penguatan Kapasitas Anak Migran

Rangkaian kegiatan untuk anak-anak migran di Rowang tidak berhenti pada penyaluran bantuan dasar. Sejak kerja sama dimulai, beberapa langkah strategis telah dijalankan:

Pertama, 25-26 November 2025: Sosialisasi pemenuhan hak-hak anak, pencegahan kekerasan terhadap anak, dan kesehatan mental anak di SMK Informatika St. Petrus Ruteng dan SMK Swakarsa Ruteng.

Kedua, 29 November 2025: Program bantuan dasar untuk 150 anak migran.

Sebelum itu: Pembagian sembako kepada 100 anak migran berisiko.

Lurah Rowang memastikan masih banyak program lanjutan yang akan digulirkan sebagai bentuk komitmen pemerintah kelurahan dan YGBI dalam memperkuat perlindungan anak-anak migran di wilayahnya.

“Kami telah menyusun banyak kegiatan sosial dan edukatif lainnya. Ini adalah perjalanan panjang dan kami berkomitmen menjalaninya demi masa depan anak-anak migran di Rowang,” tutup Felco.

Program bantuan dasar bagi anak migran ini bukan hanya menghadirkan kasur, selimut, dan pakaian tetapi membawa pesan yang jauh lebih besar: bahwa negara hadir hingga ke lorong-lorong kos, memastikan tidak ada anak yang berjalan sendirian dalam kerentanan.

Dengan kerja sama antara pemerintah dan lembaga kemanusiaan yang solid, Kelurahan Rowang kini menjadi salah satu wilayah yang memelopori gerakan perlindungan anak migran berbasis komunitas. Sebuah langkah kecil, namun dampaknya dapat membentuk masa depan anak-anak yang jauh dari keluarga tetapi tidak pernah ditinggalkan.

Kedai Momica
Konten

Komentar

You must be logged in to post a comment.