close menu

Masuk


Tutup x

Ditegur oleh Perawat, Salesius Medi : Hei “Anjay”, Kau Tidak Tahu Siapa Saya!

Ditegur
Salesius Medi dan Christina Natalia Carvallo (Foto: Ist.)

Penulis: | Editor: Tim

Kami segera menyiapkan tempat tidur dengan memasangkan laken pada kasur dan menyiapkan tiang infus disampingnya. Setelah ready, teman saya menelpon kembali ke UGD bahwa ruangan telah disiapkan, lalu kami masing-masing memakai handscoon siap menerima pasien yang baru masuk. Kemudian pasien dipindahkan menuju ruangan rawat inap pukul 23.00 Wita oleh salah satu petugas UGD dan satpam menggunakan brankar diikuti oleh rombongan keluarga pasien yang berjumlah ± 10 orang. Setibanya di Unit Rawat Inap, pasien diantar menuju ke ruangan perawatan pria yang telah disiapkan. Perawat meminta bantuan keluarga pasien untuk membantu memindahkan pasien dari brankar ke bed nomor 2 yang telah disiapkan untuk pasien tersebut.

Perawat memandu keluarga untuk secara pelan-pelan dan berhati-hati mengangkat tubuh klien dari brankar dipindahkan ke bed. Setelah itu, perawat memastikan tubuh pasien benar- benar terletak dengan aman dan nyaman di tempat tidur. Teman saya, Herlina Roswita kemudian menerima laporan overan pasien dari petugas UGD di ruangan Nurse Station kurang lebih selama 5 menit, sedangkan saya mengambil stetoskop, tensimeter, termometer untuk mulai mengobservasi tanda-tanda vital dan menganamnesa kondisi pasien. Kami berdua sama-sama menuju ke ruangan pasien dan saya mulai menganamnesa pasien tersebut.

Ketika ingin memulai anamnesa kami melihat cairan pasien habis dan kemudian teman saya segera bergegas mengambil cairan NaCL dan mengganti cairan pasien tersebut serta mengatur tetesan infus 20 tetes/menit sesuai instruksi dokter. Saat proses anamnesa berjalan, saya merasa suasana dalam ruangan perawatan tersebut sangat sumpek, panas, dan terasa sempit karena begitu banyaknya keluarga korban yang masih berdiri disamping tempat tidur pasien dan berada di dalam ruangan tersebut. Kemudian dengan sangat santun saya menyampaikan permohonan kepada keluarga pasien saat itu memakai bahasa Manggarai

Kedai Momica

“Ende, tanta, om neka rabo toong eme kudut jaga bapa one ruangan hoo cukup sua ko telu ata kaut e, iwon ga gereng bepe’ang e (mama, tanta, om, saya minta maaf. Kalau mau jaga bapa di ruangan ini, cukup dua atau 3 orang, yang lain tunggu diluar),” yang dipertegas oleh Herlina Roswita “yang lain tunggu di luar e”, saat itu semua keluarga pasien mengangguk.

Tetapi tiba-tiba terdengar suara seorang pria dari arah belakang  mengatakan “tunggu sebentar” dengan nada yang sangat ketus dan memerintah. Kemudian saya dan teman saya menoleh ke belakang dan melihat seorang pria bertubuh tinggi besar sedang duduk di bed pasien nomor 4 yang kosong, sambil menunduk memegang Hpnya.

Kemudian saya dan teman saya memalingkan kembali wajah ke hadapan keluarga pasien dan saya menjelaskan bahwa “kami yang bertugas di ruangan rawat inap malam ini, yang bertanggung jawab dan memiliki wewenang untuk untuk mengatur segala sesuatu yang menyangkut kenyamanan dan keamanan pasien,”.

Tiba-tiba, pria itu langsung berteriak dengan suara yang sangat keras dari arah belakang “Heiiii kau tidak dengar apa yang saya omong kah, saya sudah bilang tunggu sebentar baru mereka keluar karena mereka baru datang melihat pasien ini!”.

Saya pun menjawab dengan nada yang datar saja “om, saya tadi kan menjelaskan to’ong, sebentar, bukan saya menyuruh keluarga harus segera keluar sekarang”. Pria tersebut langsung menjawab dengan teriakan dan jari telunjuk tangannya menunjuk ke arah saya sambil mengatakan “heeee… jaga kau punya kata-kata!”.

Saya pun menjawabnya “memangnya ada yang salah dengan kata-kata saya om?”, saya kan menjelaskan baik-baik dengan keluarga, apa saya mengusir mereka?, lalu dia menjawab “memang kau tidak usir tapi saya sudah bilang sebentar baru mereka boleh keluar!” Masih dengan suara yang melengking, membentak, dan sambil tangan menunjuk-nunjuk ke arah saya.

Saya pun menjawab “om, yang berhak mengatur jumlah pengunjung dan penjaga yang berada dalam ruangan pasien selain satpam ya kami perawat yang bertugas saat ini agar pasien bisa istirahat dengan tenang dan nyaman” pria itu langsung mengatakan “heiiiiii anjiiiing,,,,,,kau tidak tahu siapa saya?” sambil menunjuk dadanya dan kemudian tangannya di tunjuk ke arah saya. Saya pun menjawab dengan santai “maaf om, kami memberikan pelayanan dan menerapkan aturan kepada seluruh pasien dan keluarganya tanpa pandang bulu, semua pasien dan keluarga kami perlakukan sama”. Saat itu seorang bapak dari keluarga pasien itu, mengatakan baik ibu “maaf”, dan menyuruh sebagian besar keluarga yang berada dalam ruangan itu keluar, sebagian besar keluarga pasien itu akhirnya keluar dan tersisa  ±4 orang dalam ruangan termasuk pria tinggi besar yang sebelumnya membentak, mengancam, dan memaki saya.

Iklan
Follow Berita FajarNTT.com di Google News

Dapatkan update breaking news dan berita pilihan kami dengan mengikuti FajarNTT.com WhatsApp Channel di ponsel kamu

CATATAN REDAKSI: apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada redaksi kami EMAIL.
Sebagaimana diatur dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.

Konten

Comments are closed.

Terkini Lain

Konten