
Penulis: Vincent Ngara | Editor: Tim
Melihat hal itu, pria yang bernama Salesius Medi itu pun semakin emosi dan terus mengata-ngatai saya, kemudian berjalan ke luar ruangan rawat inap. Saya dan teman saya tetap berdiri disamping pasien dan kembali fokus ke pasien dan melanjutkan proses anamnesa dan mengukur TTV pasien. Tidak dipungkiri, hati saya sangat sakit mendengar kata-kata makian dari saudara Salesius Medi di depan teman saya dan seluruh keluarganya saat itu, rasanya ingin menangis tapi sekuat hati dan pikiran saya berusaha menahan air mata dan emosi. Saya pun mengatakan saat itu “saya tahu anda seorang DPR tapi anda tidak bisa semena-mena seperti itu terhadap kami di tempat kami bekerja”.
Setelah selesai mengobservasi dan menganamnesa pasien, saya dan teman saya kembali ke nurse station, melepas handscoon, mencuci tangan dan mulai mengisi status pasien. Saya dan teman saya sibuk melaporkan kondisi pasien lain bayi dengan pneumonia respiratory yang harus diobservasi ketat karen mengalami sesak nafas. Ketika saya sedang mengetik laporan kondisi pasien untuk dilaporkan ke dokter melalui Hp, saudara Salesius Medi datang ke depan nurse station dan menanyakan kepada saya “ nama Anda Christina Natalia Carvalo????” dan saya menjawab “iya om, ada apa?” dia langsung mengangguk-angguk sambil melihat ke arah Hp-nya dan berjalan kembali keluar. Kami tetap melanjutkan pekerjaan kami, kemudian di luar saya mendengar dia menelpon seseorang dan menyebut-nyebut nama saya.
Kemudian terdengar dia memaki-maki saya diluar bahkan dia menuju ruang UGD lalu mengatakan “saya perawat Anjing, perawat biadab, perawat pukimai, perawat acu, dan sebagainya” di depan semua petugas yang ada di UGD dan depan pasien serta keluarga pasien yang sedang dirawat di UGD. Dia juga mengatakan kepada teman-teman saya yang bertugas di UGD bahwa saya mengatakan dia baru jadi dewan sudah sombong, padahal saya tidak mengeluarkan kalimat seperti itu. Teman- teman saya yang bertugas di UGD saat itu dan mendengar semua perkataannya antara lain Zr. Syahrini,Zr.Karlin, Br. Ricky, Br. Aphu dan adik kandung saya sendiri Agusto Carvallo yang bekerja sebagai staf di UPTD Puskesmas Borong.
Kemudian dia masuk lagi ke ruangan rawat inap dan memandang saya sambil mengatakan “Christin Carvalo tunggu kau” lalu dia berjalan lagi keluar, saya tidak menghiraukan omongannya, saya tetap pergi ke ruangan pasien mengontrol semua pasien terutama 2 orang pasien anak yang sedang sesak dan terpasang oksigen.
Kemudian kami kembali ke ruangan dan saat itu seorang pria bernama Marsi Supardi datang menanyakan siapa perawat yang bernama Christin Carvalo, lalu saya mengatakan saya kakak, ada apa ya? Kemudian dia mengatakan bahwa ibu Ani Agas ingin berbicara dengan saya by phone. Dia pun memberikan Hpnya pada saya yang saat itu sudah tersambung dengan Ibu Ani Agas. Ternyata Sales Medi menelpon Ibu Ani untuk datang ke Puskesmas saat itu, tapi beliau tidak bisa datang dan akhirnya berbicara dengan saya melalui telepon saja. Di telepon ibu Ani menanyakan beberapa hal antara lain dengan siapa saya bertugas saat itu di rawat inap, siapa-siapa yang bertugas di UGD, ada berapa jumlah pasien yang sedang dirawat saat itu, kronologis kejadiannya seperti apa, saya menjelaskan semuanya kepada beliau dan kemudian beliau berpesan tetap fokus melayani pasien seperti biasa, tidak perlu menunjukan muka yang cemberut, tidak usah menanggapi omongan dan sikap Sales Medi dan meminta kakak Marsi untuk menjaga kami di ruangan saat itu lalu telepon saya kembalikan ke kaka Marsi dan kak Marsi melanjutkan pembicaraan dengan ibu Ani. Saat saya sedang berbicara dengan ibu Ani di telepon, Sales Medi menguping pembicaraan kami dari luar ruangan dan berteriak “ biar kau lapor semua di dia saya akan tuntut kau” tapi saya tidak menggubrisnya kemudian lanjut ke ruangan Bapak Mateus Mundur untuk melihatnya ternyata beliau sedang duduk di tempat tidur dan istrinya sedang menyiapkan makanan untuk beliau, lalu saya mengatakan “bapa makan yah,,supaya kondisinya bapa cepat membaik, lalu istrinya menjawab iyo ibu tapi bapaknya tidak mau makan. Lalu saya mengatakan lagi “bapa makan biar sedikit e karena bapa harus minum obat nanti ulu hati bapa sakit kalau tidak makan” tapi beliau hanya diam saja tidak mau menjawab. Kami pun pergi memeriksa saturasi O2 pasien bayi.
Kami tetap mendengar omelan-omelan Sales Medi di luar tapi kami tidak menghiraukannya. Kemudian dia kembali berjalan mondar mandir di depan nurse station sambil mengatakan akan memanggil seluruh wartawan untuk meliput kami dan mengatakan akan membawa masalah ini ke sidang paripurna. Kemudian dia keluar ruangan lagi dan dia menanyakan pada Bapak Elias selaku satpam di puskesmas Borong yang bertugas saat itu “ perawat itu statusnya sukarela, THL atau PNS” kemudian satpam kami menjawab “dia sudah PNS pak” Sales Medi pun diam.



