![](https://fajarntt.com/ootsoorg/2021/11/WhatsApp-Image-2021-11-09-at-18.16.32-711x533.jpeg)
Penulis: Vincent Ngara | Editor:
Maumere, FajarNTT.com – Aktivis dan Pejuang Kemanusiaan hak-hak perempuan dan anak, Suster Eustochia, SSpS telah berpulang ke pangkuan Ilahi, pada Senin (8/11/2021) dini hari.
Kepergiannya mengejutkan banyak pihak. Apalagi, dalam beberapa hari terakhir tepatnya Selasa (2/11) dan Rabu (3/11) pekan lalu, Koordinator Divisi Perempuan Tim Relawan Untuk Kemanusiaan Flores (TRUK-F) ini memimpin aksi kemanusiaan di Kabupaten Sikka.
Suster Eustochia, SSpS dan para pegiat kemanusiaan selama dua hari itu mendatangi Mapolres Sikka, Kejari Sikka, Kantor Bupati Sikka dan Kantor DPRD Sikka, menyuarakan keadilan dan hak-hak hukum 17 perempuan dan anak di bawah umur yang diduga menjadi korban eksploitasi pada 4 Pub di Kota Maumere yang belum tuntas penanganannya oleh aparat penegak hukum.
Pada hari terakhir aksi itu, tepatnya Rabu (3/11), Suster Eustochia, SSpS mendapatkan surat dari Polda NTT. Surat itu antara lain menginformasikan mengenai pengenaan pasal yang menjerat pelaku yakni UU TPPO, dan adanya keseriusan aparat penegak hukum dalam menuntaskan kasus yang sedang diperjuangkan Suster Eustochia, SSpS.
Kepergian biarawati Kongregasi SSpS ini meninggalkan duka mendalam bagi TRUK-F, Kongregasi SSpS, para pejuang keadilan hak-hak perempuan dan anak serta elemen warga Flores, bahkan Indonesia yang telah merasakan sentuhan pelayanannya.
Betapa tidak, salah seorang perintis TRUK-F yang dibuka sejak tahun 1997/1998 ini selama mengabdi di lembaga kemanusiaan ini hingga akhir tahun 2019 lalu telah membantu dan memperjuangkan 2.410 para korban kekerasan, dimana 615 diantaranya merupakan korban seksual.
Dalam beberapa tahun terakhir, Suster Eustochia, SSpS dan crew TRUK-F gencar melakukan upaya pencegahan kasus kekerasan terhadap perempuan dengan melakukan kampanye visual videotron dengan isi kampanye seputar “Gerak Bersama: Jangan Tunda lagi, sahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual”, dengan hastag yang digunakan, adalah: #GerakBersama, #JanganTundaLagi, dan #SahkanRUUPKS.
“Mari berkomitmen bersama stop terhadap kekerasan perempuan dan anak, dan stop tindak pidana perdagangan orang”.
Kami minta agar DPR RI segera mengesahkan untuk menjamin keadilan, kepastian hukum, pemulihan bagi perempuan dan anak korban kekerasan” kata Suster Eustochia dalam sambutan saat acara peletakan batu pertama pembangunan gedung untuk aktivitas kemanusiaan TRUK Maumere, di Komplek Bhaktyarsa Maumere, Kelurahan Nangameting, Kecamatan Alok Timur, pada Selasa 15 Desember 2020.
Karya Kemanusiaan TRUK-F Tidak Boleh Mati
Media florespos.net mencatat dalam sambutannya pada 2020, Suster Eustochia berkali-kali menggarisbawahi komitmennya untuk selalu hadir dan berjuang bagi perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan dan ketidakadilan.
Itu dikatakannya dihadapan mantan Provinsial SVD Ende, RP Dr. Leo Kleden, SVD, Wakil Provinsial Kongregasi SSpS Flores Bagian Timur, Sr. Emilia Erti, SSpS, Pemerhati Masalah Kemanusiaan dan Lingkungan, Pater Klaus Nauman, SVD, Kepala SMAS Katolik Bhaktyarsa Maumere, Sr. Marcelina Lidi, SSpS, Divisi Advokasi dan Pendampingan Hukum TRUK Maumere, Sr. Fransiska Imakulata, SSpS, dan para suster SSpS.
Saat itu, Suster Eustochia, SSpS memberikan kesaksian bagaimana komitmennya sejak lembaga yang dipimpinnya itu dibentuk tahun 1997/1998 untuk selalu melayani para korban kekerasan, baik kekerasan seksual, maupun aneka jenis kekerasan terhadap perempuan dan anak lainnya untuk selalu diadvokasi, dilindungi, dan agar para korban mendapatkan keadilan hukum dan kepastian hukum.
“Saya akan mati, tetapi karya yang sudah dimulai oleh SSpS dan SVD ini tidak boleh mati,” kata Suster Eustochia, SSpS.
Suster Eustochia, SSpS saat itu mengakui pihaknya selalu siap bekerja untuk para korban kekerasan, khususnya terhadap perempuan dan anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual, apa pun kondisi fisiknya.
“Karya kemanusiaan ini mungkin akan memperpanjang usia saya. Saya tiga kali divonis akan mati oleh dokter, terakhir tahun lalu karena jantung saya hanya berfungsi 10%. Dalam situasi ini, saya tetap mengabdi dan melayani para korban kekerasan. Karena bagi saya, mati dan hidup ini ada di tangan Tuhan. Saya hanya berdoa agar saya mati dalam keadaan sangat baik berkenan kepada Allah dan berkenan kepada manusia,” katanya.
Ia menambahkan bahwa pembangunan gedung baru ini bertujuan di antaranya dalam upaya melanjutkan karya kemanusiaannya dan untuk memudahkan pelayanan kepada korban kekerasan yang selama ini menjalani proses pendampingan di Shelter Santa Monika yang kapasitas ruangannya tidak sesuai dengan jumlah warga dampingan.
“Pembangunan gedung baru ini untuk melanjutkan karya kemanusiaan yang kami sudah mulai dan melayani dengan tulus hati selama ini. Saya yakin ada yang meneruskan karya kemanusiaan ini ke depannya,” kata Suster Eustochia seraya mengajak semua pihak untuk berkomitmen dan berjuang bersama menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
“Mari berkomitmen bersama stop terhadap kekerasan perempuan dan anak dan stop tindak pidana perdagangan orang. Kami minta agar DPR RI segera mengesahkan untuk menjamin keadilan, kepastian hukum, pemulihan bagi perempuan dan anak korban kekerasan” pinta Suster Eustochia.
Terpisah, ketua Divisi Advokasi dan Pendampingan Hukum TRUK-F, Sr. Fransiska Imakulata, SSpS saat dihubungi Wartawan, Senin (8/11) mengemukakan bahwa pemimpin mereka itu meninggal di RS Santo Gabriel Kewapante.
“Suster Eustochia, SSpS meninggal di RS Santo Gabriel Kewapante Senin dini hari. Jenazahnya masih disemayamkan di RS Santo Gabriel, dan siap dibawa ke Biara SSpS di Maumere, Senin siang,” kata Suster Fransiskus Imakulata.
Penulis: Beny Tengka
Editor: Waldus Budiman
CATATAN REDAKSI: apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada redaksi kami EMAIL.
Sebagaimana diatur dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.