close menu

Masuk


Tutup x

Cerpen: Ibarat Sebuah Logam

(Ilustrasi)

Penulis: | Editor:

Oleh: Merni Missa

Kepada kuping yang selalu sensitif dengan suaraku, bahkan ketika berisik sekalipun di telinga sangat antusias tinggi, sangat tajam. Setajam silet untuk mendengarkan bisikku, apalagi jika aku berteriak.

Suatu pagi setelah terbangun dari tidur dengan setengah sadar, sambil menyandarkan kepalaku ke kaca jendela sembari termenung dengan melamunkan pandang tak berarah.

“Merr! katanya sambil melihat ke arahku.

“Iya,” jawabku dengan sedikit kaget.

Kedai Momica

Ah mungkin aku kelebihan lamunannya, ujarku dalam hati.

Ada apa, ya? tanyaku dengan ramah pura-pura tak terjadi sesuatu.

“Kenapa diam begitu? tanyanya padaku, rupanya ia sudah perhatikan aku dari tadinya.

“tidak kok kak, Merr Cuma nikmati udara sejuk saja,” jawabku sedikit membela diri.

“ohh gitu benar-benarkah, sudah kesini? katanya  meminta duduk bersamanya dil uar.

Segera bergegas keluar, udara di luar memang lebih adem pagi itu.

“Selamat pagi,”dia menyapaku.

“Paggiiiiii! balasku ngegas.

“Santai tuan putri nih masih pagi-pagi,” katanya sambil tersenyum.

“Baru bangunkah tuan putri,” tanyanya lagi sambil tertawa lepas.

Aku sengaja terdiam saja, dia berhehti sambil meraih tanganku meminta maaf. Katanya, sambil tersenyum seolah-olah membujuku.

Konten

Comments are closed.