
Penulis: Nurjana | Editor: Redaksi
LABUAN BAJO, FAJARNTT.COM – Sapaan adat Manggarai “Mai Go Ite” yang kini terpampang megah di gerbang utama Polres Manggarai Barat bukan sekadar ornamen visual.
Tulisan delapan huruf itu lahir sebagai simbol identitas budaya sekaligus komitmen Polri untuk hadir lebih humanis di tengah masyarakat.
Gapura ikonik tersebut mendapat apresiasi luas dari warga. Salah satunya, Aloysius Suhartim Karya Loius, yang menilai wajah baru pintu gerbang Polres Mabar kini benar-benar mencerminkan jati diri budaya Manggarai.
“Wajah yang benar-benar mencerminkan jati diri budaya Manggarai,” tulis Aloysius dalam unggahan Facebook-nya pada Senin (17/11/2025).
Ia menjelaskan, makna “Mai Go Ite” menggambarkan kerendahan hati, kebanggaan, sekaligus keramahan tuan rumah terhadap siapa pun yang datang.
“Sebuah sapaan sederhana namun penuh kehangatan, ‘Feels like our own home’,” ucapnya.
Aloysius juga menilai nilai luhur tersebut selaras dengan karakter personel Polres Mabar yang semakin responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Apresiasi senada juga datang dari Anthony Arno, yang berharap nilai “Mai Go Ite” tidak berhenti sebagai tulisan di gerbang, tetapi menjadi pedoman perilaku anggota Polri dalam melayani.
“Semoga tulisan itu tidak hanya ada di pintu masuk saja, tetapi juga di pintu hati dan pikiran semua orang yang ada di dalam rumah itu,” ujar Anthony.
Menanggapi antusiasme dan masukan masyarakat, Kapolres Manggarai Barat, AKBP Christian Kadang, S.I.K., menyampaikan apresiasi dan menegaskan bahwa tulisan tersebut merupakan simbol kesiapan Polri untuk melayani dengan sepenuh hati.
“Mai Go Ite menandakan bahwa kami siap melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat dengan setulus hati,” ujarnya, saat dikonfirmasi Fajar NTT pada Rabu (19/11).
Kapolres Christian menekankan bahwa sapaan adat tersebut sekaligus menjadi refleksi dari semboyan Polri yang terus bertransformasi menuju pelayanan yang lebih humanis dan dekat dengan publik.
Menurut AKBP Christian, pemasangan gapura bertuliskan bahasa daerah itu juga bertujuan memperkuat identitas budaya Manggarai, terlebih Labuan Bajo merupakan destinasi pariwisata super premium yang menjadi sorotan nasional dan internasional.
“Warisan budaya lokal tidak boleh terpinggirkan, apalagi sampai tergerus oleh pengaruh budaya asing,” tegasnya.
Ia menilai bahwa budaya lokal dan penegakan hukum berjalan beriringan dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).
Lebih Jauh AKBP Christian juga menegaskan bahwa budaya membentuk nilai sosial masyarakat yang kemudian memengaruhi efektivitas penegakan hukum, sementara hukum menyediakan kerangka formal untuk melindungi mereka.
“Warisan budaya membentuk nilai-nilai sosial masyarakat, sementara hukum menjadi landasan formal untuk memberikan perlindungan,” tegasnya.
Meski diapresiasi, AKBP Christian menyampaikan bahwa Polri merupakan institusi terbuka yang siap menerima kritik, saran, dan evaluasi dari masyarakat sebagai bagian dari upaya menjadi lebih profesional dan transparan.
“Kami selalu terbuka untuk perbaikan. Semua masukan akan menjadi bahan refleksi agar Polri bisa tampil sesuai harapan masyarakat,” ujar mantan Danyon A Resimen III Pasukan Pelopor Korbrimob Polri itu.
Dengan semangat “Mai Go Ite”, Polres Manggarai Barat berharap dapat semakin memperkuat kehadiran Polri yang mengakar pada budaya lokal, mengayomi dengan hati, serta kuat dalam menjaga keamanan masyarakat.(*).




