close menu

Masuk


Tutup x

Pendekatan Katekese Inovatif Jadi Salah Satu Materi Sidang Tahun Pastoral 2025 Keuskupan Ruteng

Keuskupan Ruteng
Pelaksanaan Sidang Tahun Pastoral 2025 Mulai dari Senin - Jumat (6 - 10 Januari 2025), yang Berlangsung di Rumah Retret Maria Bunda Karmel di Wae Lengkas, Kelurahan Golo Dukal, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai. (Foto: TIM/FAJARNTT.COM)

Penulis: | Editor: Vincent Ngara

RUTENG, FAJARNTT.COM – Keuskupan Ruteng menggelar sidang Tahun Pastoral Ekaristi Transformatif 2025 bertajuk “Sumber dan Puncak Kehidupan Gereja” Tahun ke-10 implementasi Sinode III Keuskupan Ruteng. Uskup Keuskupan Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat, secara resmi membuka kegiatan itu, pada Senin, 6 Januari 2025.

Pelaksanaan sidang Tahun Pastoral 2025 itu dijadwalkan mulai dari Senin – Jumat (6 – 10 Januari 2025), yang berlangsung di Rumah Retret Maria Bunda Karmel di Wae Lengkas, Kelurahan Golo Dukal, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai.

Romo Agustinus Manfred Habur, Rektor Unika Santu Paulus Ruteng hadir sebagai peserta sidang dan mendapatkan kesempatan sebagai pemateri dalam kegiatan itu.

Romo Manfred menyampaikan bahwa Keuskupan Ruteng menyambut Tahun Ekaristi 2025 dengan semangat pembaruan spiritual melalui pendekatan katekese inovatif.

Ia menegaskan bahwa pemahaman mendalam akan makna liturgi sangat penting untuk meningkatkan partisipasi umat dalam perayaan ekaristi. Menurutnya, ekaristi adalah sumber dan puncak kehidupan kristiani yang menuntut keterlibatan penuh umat beriman.

“Liturgi bukan hanya serangkaian ritual, tetapi sarana pembentukan iman yang melibatkan seluruh umat secara menyeluruh,” katanya.

Untuk itu, kata Rektor Unika Santu Paulus Ruteng ini, Partisipasi aktif mencakup doa, nyanyian, sikap tubuh, dan perayaan sakramental yang mengarahkan umat untuk lebih dekat dengan misteri Kristus.

Tiga Metode Katekese

Romo Manfred pun memaparkan tiga jenis metode katekese inovatif untuk mewujudkan liturgi yang lebih aktif dan partisipatif, antara lain metode kerygmatis.

“Metode ini menekankan pewartaan kabar gembira melalui pengalaman pribadi akan cinta Allah. Penerapan metode ini bertujuan untuk menyentuh hati umat agar merasakan relasi pribadi dengan Allah,” ungkapnya.

Kemudian, metode naratif. Metode naratif digunakan untuk menjembatani ajaran teologis dengan pengalaman hidup umat. Cerita-cerita yang disampaikan diharapkan dapat menghidupkan iman dan pemahaman liturgi.

Lalu, metode visual dan simbolis. Metode ini, menurut Romo Manfred, memanfaatkan sarana visual seperti gambar, video, dan alat peraga untuk memperdalam pemahaman umat terhadap simbol dan ritus liturgis.

“Integrasi teknologi digital menjadi bagian penting dalam katekese dan teknologi dapat membantu menjelaskan simbol dan ritus liturgis dengan cara yang menarik dan visual,” terangnya.

“Platform digital memungkinkan umat untuk berpartisipasi dalam diskusi, refleksi, dan kegiatan liturgis secara daring,” tambahnya.

Romo Manfred berharap pendekatan ini dapat membantu umat memahami makna terdalam dari setiap ritus dan simbol dalam ekaristi, sehingga mereka dapat berpartisipasi dengan lebih sadar, aktif, dan penuh sukacita.

“Dengan demikian, liturgi tidak hanya menjadi ritual belaka, tetapi juga sumber kekuatan rohani yang memampukan umat menjalani hidup kristiani dengan lebih autentik.” Tutupnya.(*)

Penulis: Selvianus Hadun

Follow Berita FajarNTT.com di Google News

Dapatkan update breaking news dan berita pilihan kami dengan mengikuti FajarNTT.com WhatsApp Channel di ponsel kamu

CATATAN REDAKSI: apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada redaksi kami EMAIL.
Sebagaimana diatur dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.

Konten

Komentar

You must be logged in to post a comment.

Terkini Lain

Konten