
Teks Bacaan: Kol 3: 5-17
Manusia baru, menurut Paulus adalah orang beriman yang memiliki penguasaan diri, hidup dalam kasih, dan senantiasa bersyukur. Atau manusia baru adalah manusia yang hidup di dalam Kristus, dipimpin oleh Roh Kudus, dan bukan lagi hidup menurut keinginan diri sendiri. Manusia baru yang dicanangkan oleh Paulus dalam beberapa suratnya sesungguhnya bertolak dari pengalamannya sendiri dimana dia yang adalah seorang Farisi, pemuja hukum taurat, membenci, mengejar dan menganiaya murid-murid Tuhan, tetapi dalam perjalanan ke kota Damsyik, Tuhan Yesus menampakkan diri dalam rupa cahaya kepada Paulus. Perjumpaan itu membuat Paulus bertobat. Meninggalkan pola pikir, cara pandang dan pola sikap serta bahkan imannya yang lama dan lalu mengikuti jalan Tuhan dan menjadi pembela Kekristenan dan pewarta Injil. Itulah awal mula Paulus sebagai manusia baru. Dalam suratnya kepada Jemaat di Kolose tadi, Paulus meminta supaya generasi unggul, manusia baru harus mematikan manusia lamanya. Manusia lama yang dicirikan oleh karakter atau tabiat yang tidak terpuji. Tabiat jelek manusia lama itu adalah: percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan, penyembahan berhala, marah, geram, kejahatan, fitnah, dusta dan kata-kata kotor.
Kalau saja entah sadar atau tidak kita melakokan tabiat dan kelakuan seperti itu di tengah masyarakat atau di tempat tugas dan pelayanan kita, maka sudah hampir pasti reputasi kita tercoreng, wibawa jatuh, relasi social rusak, dan kualitas pelayanan dan pengabdian dilecehkan.
Karena itu, Paulus mengajak dengan sangat supaya sebagai manusia baru, kita tidak boleh membeda-bedakan orang dalam berkomunikasi, relasi, kasih, perhatian dan pelayanan. Dan dalam keseharian di tengah kehidupan social, dalam tugas dan pelayanan, kita hendaknya menampilkan tabiat dan kelakuan terpuji sebagai ciri-ciri seorang manusia baru, generasi unggul, yaitu: belaskasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, pengampunan, tidak dendam, penguasaan diri, dan tahu bersyukur. Kalau saja kita menampilkan karakter seperti itu dimana saja dan dalam situasi apa pun, maka kita benar-benar generasi unggul, manusia baru. Karena yang membuat anda itu guru dan pendidik unggul, atau bidan dan perawat unggul adalah karakter. Karena itu hendaknya anda menjadi seorang guru/pendidik yang berkarakter atau perawat/bidan yang berkarakter.
Karakter itu penting dan memegang peranan penting dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Dan karena begitu penting, maka Jhon Maxwell bilang, “jangan mempekerjakan siapapun yang tidak dapat membuktikan karakternya, dan jangan bekerja sama dengan siapapun yang tidak berkarakter”.

Alkisah ada 2 orang mahsiswa. Yang seorang dikenal introvert dan yang lain popular sebagai mahasiswa yang ekstrovert. Mahasiswa yang ekstrovert adalah mahasiswa yang aktif, dinamis, optimistis, sportif, toleran, berhati terbuka, mudah bergaul dan mudah mendapat teman. Ia melihat keluar dari dirinya dan bertanya kepada dirinya sendiri: “Apa arti saya bagi sesame, bagi masyarakat?” Sebaliknya, mahasiswa yang introvert adalah mahasiswa yang tertutup, pasif, pesimistis, egoistis, kontemplatif, dan minder. Ia melihat ke dalam dirinya dan bertanya: “Apa arti masyarakat dan sesama bagi saya?”.
Mahasiswa ekstrovert bersedia untuk beradaptasi atau menyesuaikan dirinya kepada lingkungan. Sebaliknya mahasiswa introvert menghendaki lingkungan harus menyesuaikan diri dengannya.
Kedua mahsiswa ini kemudian sesudah 4 tahun belajar di kampusnya, yudisium, wisuda dan menjadi sarjana. Tatapi mahasiswa yang tadinya ekstrovert, ketika terjun ke masyarakat akan menjadi sarjana yang kaya dengan prakarsa dan gagasan, merasa yakin dengan keputusannya, dan bertanggungjawab atas tindakannya. Sebaliknya mahasiswa yang tadinya introvert akan menjadi sarjana yang kikuk, miskin prakarsa dan gagasan, ragu-ragu dalam mengambil keputusan, dan tidak berani bertanggungjawab atas tindakannya, dan cenderung mengkambinghitamkan (scapegoatism) orang.
Apakah anda seorang ekstrovert atau seorang introvert? Kurang penting utnuk dijawab. Yang lebih penting adalah kesadaran bahwa anda adalah seorang sarjana, bukan sekadar sarjana, tetapi sarjana unggulan, sarjana yang memiliki Ipteks; Sarjana yang berkarakter; Sarjana yang seluruh hidup, pikiran, keputusan dan tindakannya dituntun oleh Roh Tuhan. Dan untuk sampai pada titik ini bukanlah hal yang mudah, melainkan hasil dari proses yang panjang. Almamater sudah melahirkan anda sebagai sarjana unggul, pribadi unggul. Diharapkan dengan pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki, anda bisa membedakan mana yang baik yang harus dilakukan dan mana yang tidak baik yang harus dihindari serta anda benar-benar mau hidup sesuai pengetahuan yang dimiliki. Winston Churchill, (mantan perdana menteri Inggris Raya) pernah berkata, “Apa yang Anda ketahui tidaklah penting; apa yang Anda lakukan dengan apa yang Anda ketahui, itulah yang jauh lebih penting”.
Profisiat dan sukses bagi Anda. (*)
*)Penulis P. David Djerubu, SVD (Dekan Fakultas Kesehatan dan Pertanian UNIKA Santu Paulus Ruteng)
Renungan Rekoleksi Wisuda UNIKA Ruteng 2019/2020

CATATAN REDAKSI: apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada redaksi kami EMAIL.
Sebagaimana diatur dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.