Jack Welch, seorang CEO/Direktur Utama termuda dalam sejarah GE (General Electric), perusahaan raksasa dunia yang misalnya berkontribusi peluncuran Apolo 11, misi di luar angkasa, atau proyek NASA, dan di Indonesia hingga di Ruteng misalnya kita mengenal teknologi USG (Ultrasonography) seperti mesin USG portable dan Vscan Access, dan Sinar-X yang digunakan dalam dunia kesehatan di RS-RS. Jack Welch ini pernah berkata, “Before you are a leader, success is all about growing yourself. When you become a leader, success is all about growing others”. (Sebelum anda menjadi seorang pemimpin, sukses adalah tentang menumbuhkan/mengembangkan diri anda sendiri. Ketika anda menjadi seorang pemimpin, sukses adalah tentang menumbuhkan orang lain).
Anda dan saya, kita semua adalah pemimpin, minimal pemimpin atas diri kita sendiri. Katakanlah selama 3-5 tahun di Kampus ini, anda belum menjadi pemimpin, dan karena itu anda melihat keberhasilan/sukses itu sebagai upaya menumbuhkan dan mengembangkan diri anda sendiri. Anda menimba dan belajar. Dan hal itu sudah terjadi melalui peristiwa yudisium, wisuda dan memperoleh ijazah. Selanjutnya anda boleh mengakui diri sebagai seorang pemimpin. Maka anda hendaknya dengan tajam melihat bahwa sukses adalah tentang menumbuhkan orang lain. Artinya anda akan dinilai berhasil kalau anda mampu mengembangkan atau menumbuhkan orang lain yang anda layani, yang anda didik dan yang anda rawat.
Melalui tema renungan “membangun generasi unggul yang siap mengabdi dan mengembangkan keilmuan bagi masyarakat,” anda ditantang apakah anda yang dimaksudkan generasi unggul itu, dan karenanya siap mengabdi masyarakat dan mengembangkan orang lain? Saya kira sejalan dengan pendapat Jack Welch, bahwa anda adalah pemimpin, serta anda juga manusia atau generasi unggul. Pengakuan anda sebagai menusia unggul dan pemimpin sekaligus merupakan pengakuan anda akan kampus dan almamater yang sudah membangun, menumbuhkan dan mengembangkan anda. Proficiat dan sukses bagi anda.
Dikisahkan, ada seorang raja yg memiliki tiga orang penasihat. Suatu saat seorang raja menugaskan tiga penasihatnya itu untuk mencari buah-buahan di kebun istana. Sang raja membekali masing-masing dengan satu karung besar untuk tempat buah-buahan.
Penasihat yang pertama agak malas dan sebenarnya sangat enggan mengambil buah di taman. Lelaki ini tidak mau bersusah payah memanjat pohon. Ia cukup mengambil buah-buahan yang sudah jatuh, kotor, bahkan sebagian sudah membusuk untuk dimasukkan ke dalam karung. Di dalam hatinya sebenarnya ia sering mengeluh, “Ini bukan pekerjaan penasihat kerajaan”.
Penasihat kedua lain lagi. Dia berpikir, “Tuan raja tidak mungkin sempat memeriksa karung ini; tuan raja kan sangat sibuk.” Dengan pikiran seperti itu, akhirnya penasihat kedua ini hanya mengambil dedaunan dan ranting-ranting kecil untuk dimasukkan ke dalam karung yang ia bawa. Ia bergumam, “Yang penting karung terlihat penuh”.
Sementara itu, penasihat ketiga mencari buah-buahan dengan sungguh-sungguh. Ia harus memanjat pohon untuk memetik buah terbaik, ranum dan termanis. Ia sangat menikmati pekerjaan mencari buah-buahan ini. Setelah berjuang dengan keras, maka karungnya terisi penuh dengan buah-buahan terpilih.
Ketika sore hari, mereka bertiga menghadap raja dengan membawa karung masing-masing. Mereka kemudian berkata, “Baginda Raja, titah Paduka sudah kami lakukan. Apakah selanjutnya yang harus kami lakukan?” Sang raja diam sejenak dan berkata, “Sekarang, buka karungmu masing-masing, dan makanlah apa yang ada di dalam karungmu itu”.
Dengan titah sang raja ini, siapa yang paling senang dan nikmat? Siapa pula yang paling menderita dan tersiksa? Anda tentu sudah tahu jawabannya.
Penasihat pertama mawakili manusia yang menilai dirinya tinggi tapi berpikir rendah dan negatif tentang orang lain; angkuh dan menganggap pekerjaan tangan itu rendah; malas dan suka mengeluh.
Penasihat kedua, adalah tipe manusia yang hidup dalam asumsi, mungkin juga suka berkhayal; menganggap sebagai benar apa yang dipikirkannya. Penasihat kedua itu sekaligus menampilkan contoh manusia yang tidak jujur, penipu dan licik, bisa mengelabui orang dengan penampilan fisik dan mulut manisnya.
Sedangkan penasihat ketiga adalah tipe manusia yang bertanggungjawab, setia dan loyal, tekun dan pekerja keras, mau berbuat dan memberi yang terbaik bagi orang lain. Dia mandiri dalam berpikir dan bertindak; tidak terprovokasi oleh pandangan dan sikap kedua temannya.
Kisah tentang Raja dan ketiga penasihat di atas, secara padat mau menyampaikan kepada kita, kepada anda. Bahwa bila Anda selalu melakukan pekerjaan dengan sangat baik, Anda akan memperoleh hasil yang terbaik. Sebaliknya, bila Anda melakukan pekerjaan asal-asalan, Anda akan memperoleh balasan yang setimpal.
Kalau dikaitkan dengan tema kita “membangun generasi unggul yang siap mengabdi dan mengembangkan keilmuan bagi masyarakat,” siapakah dari ketiga penasihat di atas yang pas masuk dalam barisan generasi unggul? Apa yang membedakan penasihat ketiga dengan penasihat pertama dan kedua? Jawabannya jelas, bahwa penasihat ketigalah yang termasuk dalam generasi unggul atau manusia unggul. Dan yang membedakan ketiganya adalah karakter. Dengan demikian, kita boleh mengatakan bahwa manusia unggul adalah manusia yang berkarakter; generasi unggul adalah generasi yang berkarakter. Maka penasihat ketiga dalam kisah di atas adalah manusia unggul yang berkarakter.
Dengan demikian tepatlah kalau “generasi unggul” diartikan sebagai generasi yang memiliki kecerdasan dan karakter yang baik di dalam dirinya, selalu berdampak positif bagi diri sendiri, sesama dan lingkungan di sekitarnya. Generasi yang sudah mengalami pembentukan rasio yang baik di dalam dirinya, sehingga mampu menghindari setiap perilaku tak bermoral dan sikap tak terpuji lainnya.
Sementara Santu Paulus (Santu Pelindung Kampus) dalam suratnya kepada Jemaat di Kolose melihat generasi unggul atau manusia unggul itu sebagai “manusia baru”.
CATATAN REDAKSI: apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada redaksi kami EMAIL.
Sebagaimana diatur dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.