close menu

Masuk


Tutup x

Kehidupan Setelah Menikah

Kehidupan
(Foto: Shutterstock)

Penulis: | Editor:

CERITA RAKYAT – Banyak orang bilang, kalau kehidupan setelah menikah, sirkel pertemanan kita akan menyempit. Kurasa memang benar, aku juga merasakannya. Apalagi merantau, dan berasa temen deket tuh cuma suami. Kalau sama teman-teman cuma bisa kontak jarak jauh. Trus alasannya juga, karena urusan domestik rumah tangga ini tiada habisnya, jadi intensitas bertemu orang lain juga semakin berkurang

Setelah satu tahun masa peralihan, akhirnya sudah mulai terbiasa sendiri, sama anak, sama suami aja. Sudah mulai terbiasa nggak papa kalo nggak silaturahim atau nongki sama temen.

Malah aku merasa, semakin capek kalau berinteraksi dengan banyak manusia. Soalnya di kepalaku ini mikir banyak kerjaan yang belum dikerjain wkwkwk. Mikir anak, mikir suami wkwk.

Edwin Saleh

Juga cenderung menjaga jarak dari orang-orang yang nggak nyambung dengan kita. Contohnya, kalau kita punya temen yang sukanya nyinyirin orang, ngegosip, bahkan menghasut, sedangkan itu wasting time bagi kita, secara gak langsung kita akan cut and keep our boundaries. Yaaa orang-orang seperti itu, ketika kita nggak ada, gantian kita yang jadi bahan gunjingan. Jadi kalau bisa, berteman sekadarnya aja.

Dan alasannya juga, udah sibuk dan letih dengan urusan rumah tangga. Jadi ya udah ah, ga penting dan males juga sama drama-drama.

Iklan
Teman Toxic

Atau ada teman yang terlalu sering menceritakan masalah rumah tangganya, bahkan sampai membuka aib pasangannya; saat kita anggap itu negatif dan tidak seharusnya diceritakan, dan kita merasa tidak bisa ikut menyelesaikannya, tentu kita juga akan menjaga jarak dengannya

Atau ada orang yang suka banget memaksakan kehendaknya, ikut ngontrol pilihan-pilihan hidup kita. Misalnya, eh kamu kok pake deterjen rinso sih, mending pake attack aja, dijamin nyaman blablabla 😂 misal ini mah. Btw, pilihan apapun yang kita pilih hari ini, semua dipersiapkan dan dipertimbangkan. Kita yang tau kondisi diri kita sendiri, harus bisa membuat batasan apa yang iya dan tidak bagi diri kita.

Menjadi tegas pada diri sendiri, sadar dan harus paham konsekuensinya. Jadi, ketika ada orang lain interupsi, maka yang harus dipertahankan ialah argumen diri kita sendiri. Toh kalau ada apa-apa nanti, mereka juga nggak akan bertanggungjawab dengan apa yang akhirnya kita pilih.

Kita boleh saja beramah-tamah dan berteman dengan semua orang, tapi tentunya kita hanya akan memilih beberapa orang yang ‘klik’ dengan kita. Itu sudah otomatis kok. Kalau nggak sepaham, kita pun juga nggak akan nyaman. Gak usah merasa bersalah untuk menjaga jarak dari orang-orang yang menurut kita bisa mempengaruhi hal-hal negatif. Itu hak kita kok.

Mau dimanapun juga, nantinya kita akan bertemu dengan orang-orang yang berseberangan dengan kita. Entah itu pemikiran, kebiasaan, prinsip, keyakinan, latar belakang. Itu hal yang lumrah, tinggal bagaimana kita menyikapinya saja. Tetaplah berbuat baik dan bersikap secukupnya dengan sesama. (*)

*)Pena Imaji

Follow Berita FajarNTT.com di Google News

Dapatkan update breaking news dan berita pilihan kami dengan mengikuti FajarNTT.com WhatsApp Channel di ponsel kamu

CATATAN REDAKSI: apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada redaksi kami EMAIL.
Sebagaimana diatur dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.

Konten

Komentar

You must be logged in to post a comment.

Terkini Lain

Konten