Cerpen: Ibarat Sebuah Logam

Penulis: Vincent Ngara | Editor:

Hal ini yang menjadi mutlak pada pribadi itu sehingga tak akan tenang dirinya ketika suaraku tak kunjung ia dengar. Dari sini juga aku berbisik untuk pundak tempatku bersandarkan segala lelahku dan juga kepada gubuk paling nyaman tempat untuk menyimpan segala rasa dengan senyum ikhlas yang selalu terpancar dari dalam ruang relung jiwa. Setiap kali keluh meriuh di kuping bagaikan riuh receh terbentur dalam celengan melenting keseluruh penjuru alam raya mencari tempat yang layak, tak seberapa namun sangat berarti untuk hari hidup dibawah langit ini.

Ibarat sebuah logam yang memiliki dua bagian yang saling melekat erat tak bisa untuk dipisah antara bagian gambar dan angka. Jika logam tersebut dilantunkan di atas sebuah bidang datar maka hanya ada dua peluang, munculnya gambar atau angka, jika bukan angka maka pasti gambar. Hehehe sepertinya ini mengarah pada konsep peluang, kata seorang matematikawan. Sedikit tau sengaja dimasukan biar bervariasi, ya tepat begitulah demikian definisi singkatnya.

Aku memilihnya sebuah logam sebagai bentuk seni dalam melukis imanjinasi diri, antara aku dan dia. Satu-satunya laki-laki yang membuat aku tak bisa menjauh dari dirinya karena sifat kekhasannya yang diturunkan dari leluhur yang dicerminkan melalui tingkah lakunya pribadi itu, selalu tiap-tiap saat dengan kasih sayang yang melekat sangat erat dalam dirinya, tegas dan tegar diri itu aku menyebut dirinya sebagai sinopsis dari ayah dan ibu bahkan dalam kehidupan keluarga kami.

Seperti logam itu aku posisikan dirinya sebagai bagian angka dan bagian gambar adalah aku. Aku hanya seorang anak kecil belum mapan kata mereka, bagai bunga yang tertanam dalam pot bunga di emperan rumah, yang masih butuh perawatan khusus dari mereka untuk selalu menyiramnya dan mengembur tanahnya walaupun secara realita yang terpandang bunga itu sudah seharusnya berakar untuk bisa dapat tumbuh hidup.