close menu

Masuk


Tutup x

Menemukan Penyebab Utama Kasus Tenggelamnya Kapal KM Tiana, Haruslah Cermat

Menemukan
Menemukan Penyebab Utama Kasus Tenggelamnya Kapal KM Tiana, Haruslah Cermat. (foto : isth)

Penulis: | Editor:

Faktor Utama

Sampai pada tahap penyidikan ini, sebagai PH saya tentu memiliki kesimpulan yang berbeda dengan penyidik. Menurut saya, faktor penyebab lain tersebut diatas bukanlah penyebab utama tenggelamnya kapal KM Tiana. Namun yang terjadi adalah murni karena faktor alam. “Force Majeure”, peristiwa diluar akal atau prediksi manusia.

Apa Indikatornya?

Lucus delicty atau tempat tenggelamnya Kapal Wisata KM Tiana terjadi di pulau kambing. Tempat ini dikenal sebagai tempat berlabuh (pemberhentian) kapal wisata yang ingin melanjutkan trip-tripnya. Tempat ini dikenal sebagai tempat yang nyaman. Terbukti ada “MORING” yang sudah tersedia ditempat itu. Yang berlabuh disana saat itu, tidak hanya kapal wisata KM Tiana tetapi ada juga kapal KM Andar Lusia. Pada peristiwa ini, KM Tiana tidak sedang melakukan pelayaran atau perjalanan. Dia berhenti atau berlabuh untuk menghindari cuaca buruk. Namun naas, sekitar pukul 05.00 pagi (dini hari 26 Juni 2022), badai angin menghantam tempat tersebut, sehingga menyebabkan KM Tiana Tenggelam seketika. Nyawa dua manusiapun meninggal pada peristiwa itu. Sebelum kejadian badai angin tersebut, sekitar pukul 02.00 dini hari signal itu tampak mereka temukan dalam pelayaran, sehingga memutuskan untuk berlabuh dan berhenti di pulau kambing. Kapten kapal saat itu tetap bersiaga untuk memastikan agar semuanya baik-baik saja. Terbukti badai baru datang sekitar pukul 05.00 dini hari. Dan ketika itu kapten berteriak agar semua penumpang siap-siap menyelamatkan diri.

Dari sinilah saya tidak menemukan bahwa kapten Lalai dalam tugasnya. Memilih untuk berhenti di pulau kambing adalah sebuah pilihan yang tepat. Coba bayangkan kalau kapal tersebut dipaksakan terus berlayar. Bukankah justru menambah daftar manusia yang meninggal?

Baca Juga:  Pilkada dan Independensi Pers

Pada kasus ini, jujurnya kita tidak boleh menilai sepihak bahwa yang membuat nyawa manusia itu meninggal adalah karena kelalaian kapten semata. Menurut saya, unsur kelalaian sangatlah kecil untuk menemukan penyebab utamanya. Faktanya ada badai sebelum dan saat peristiwa terjadi. Ada durasi sekitar dua jam lebih mereka berhenti atau berlabuh di pulau kambing. Dua jam tersebut tempatnya dinyatakan nyaman. Tidak ada badai. Waktu terjadinya (tempus delicty-nya) baru sekitar pukul 05.00 dini hari.

Konten

Komentar

You must be logged in to post a comment.