close menu

Masuk


Tutup x

Cerpen: Ibarat Sebuah Logam

(Ilustrasi)

Penulis: | Editor:

Tuntutan kehidupan hari demi hari untuk harus mandiri, berdiri tegar dalam menelusuri alam raya dunia perlahan terlatih untuk bertatih. Kembali kepada logam itu ketika dilantunkan dan salah satu bagian muncul maka akan nampak pula rupa dari salah satu dari kedua pahlawan hidup kami. Tangguh, gagah dan perkasa itu, tidak bisa dikalahkan oleh apa dan siapa pun dengan senjata apa pun selain Sang Pencipta dengan kuasa-Nya.

Seperti induk unggas berusaha keras melindungi anak-anaknya dibalik naungan sayapnya dari serangan-serangan para predator, Ya mereka itu adalah Ayah dan ibu, jika logam tersebut dilantunkan dan yang muncul angka maka akan terukir indah nan rupawan wajah Ayah, begitu juga demikian jika muncul gambar maka akan terukir dengan begitu manis wajah sang ibunda sebagai ratu kehidupan tempat penyedia segala jenis obat-obatan untuk segala jenis luka yang menimpa kehidupan.

Ukiran rupa-rupa itu kini terlihat hari berganti hari makin menua berkeriput, dari dasar relung hati aku selipkan doa tulusku untuk mere melenting a “Tete manis berikan kesehatan selalu untuk mereka”.

Sungguh sangat menakjubkan, Sang Maha Pasti menjadikan segala suatu, baik adanya. Seperti batang pohon, biji dan buahnya terus meregenerasi kehidupannya. Entah mengapa atau mungkin haruslah demikian wajib hukumnya. Setelah selesai pendidikan akhir dibangku Sekolah Menengah Atas waktu itu, setelah pengumuman kelulusan sesampainya di rumah semacam rasa diri ini ada yang kurang beres, belum selesai berbicara dalam hati bunyi logam sebagisebagianku melenting

Merrr katanya dengan nada keras dan tegas mengempar

Kedai Momica

Aku tidak merespon dia mengulang lagi dengan nadalebih keras dan tegas mengempar semakin meninggi, sedikit grogi/gugup bahkan benakku terasa ketakutan

Ia kak jawabku sedikit takut, sebab kelihatan wajah sebagianku logam itu seram, Ayah dan ibu seakan diam hening, semakin menambah rasa takutku

Perlahan langkah-langkah kakiku mendekat dengan penuh kehati-hatian ingin cari tahu sebabnya, ternyata baru seberapa langkah dia cuman tersenyum dengan senyum khasnya

“Selamat untuk keberhasilannya katanya sambil bergegas memeluk diriku

Ahhh kak tak sadar mataku berkaca-kaca

Setelah ini mau lanjutkan studinya tanyanya padaku

serasa aku sedang diangkat untuk mengapai langit

Spontan saja jawabku Mau banggat kak

Dengan berat dia mengangguk menyetujui pilihanku tanpa kata apapun

Konten

Comments are closed.